Tiga bulan sebelum berkumpul, para warga sudah mulai dibebaskan dari pajak-pajak puwasa dan mulai mengumpulkan dana-dana untuk membiayai perang.
Pendanaan perang pada awalnya mengandalkan sumber-sumber tradisional. Para pangeran dan priyayi Yogyakarta menyumbang emas, permata, uang, dan barang berharga lainnya.
Semua sumbangan ini dibawa ke medan perang oleh istri-istri dan putri-putri mereka. Suatu sistem yang sangat menyentuh yang terulang kembali pada masa revolusi Indonesia.
Konon iring-iringan Belanda yang membawa logistik juga diserang oleh warga. Hasil rampasan ini digunakan untuk membiayai pertempuran melawan Belanda.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait