MALANG, iNews.id - Pengejaran besar-besaran terhadap Pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda pada Oktober 1825 kembali gagal. Meski melibatkan 1.258 pasukan dan tiga koloni militer, operasi tersebut tak mampu membekuk tokoh utama Perang Jawa tersebut.
Pasukan Belanda menerima informasi dari intelijen lokal bahwa Diponegoro berada di sekitar tepi barat Sungai Bedog. Informasi ini membuat Jenderal de Kock langsung memimpin operasi pengejaran dari Bantul.
Sebagaimana dikisahkan pada buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia", operasi militer dibagi menjadi tiga koloni. Koloni pertama dipimpin Mayor Sollewijn, koloni kedua oleh Kapten van de Polder, dan koloni ketiga dikomandoi langsung Jenderal de Kock.
Mayor Sollewijn yang bergerak ke Desa Jeblok langsung diadang pasukan Diponegoro. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan.
Sementara itu, koloni kedua dan ketiga maju ke Desa Kasihan, di mana Diponegoro sedang mengonsentrasikan pasukannya. Serbuan dari arah ini juga memicu pertempuran dahsyat.
Meski dihantam tembakan meriam, pasukan Diponegoro bertempur dengan gagah berani. Di pihak Mandung, jatuh korban sekitar 40 orang. Namun, Diponegoro kembali lolos dari kepungan dan mundur ke Desa Gegulu di tepi barat Sungai Progo.
Pasukan Mayor Sollewijn berhasil tiba di Gegulu, tetapi hanya menemukan desa yang sudah dibakar dan kosong. Belanda kembali kecolongan.
Saat bergerak ke Desa Kaliwatang, pasukan Belanda kembali disergap. Pertempuran terjadi dan menewaskan sekitar 40 pasukan Diponegoro.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait