"Ustaznya cerita, 'Ibu, saya bertahun-tahun (melihat) anak-anak setiap kali yang masuk ke pondok ini, malam pertama pasti nangis. Mau tidur nangis ingat ibunya. Baru Ahmad ini yang enggak (menangis), dia berdoa untuk ayah, ibunya, buat kakak dan adiknya'," ungkap Sri Ayu.
Dia melanjutkan, Ahmad sosok anak yang baik dan dewasa. Bahkan menurutnya Ahmad sosok anak yang lebih dewasa dari kakak dan adiknya.
Meski membesarkan empat anak seorang diri, Sri Ayu bisa membuktikan dengan berjualan kue dapat menyekolahkan tiga anaknya di pesantren.
"Saya mulai usaha bikin kue dan alhamdulillah. Allah yang mencukupkan, mungkin kalau dipikir-pikir anak pertama di Gontor, anak kedua di pondok, Ahmad juga dan ada adiknya. Kalau dari jualan saya enggak cukup secara itung-itungan manusia. Tapi saya percaya ada yang memberi saya, ada yang mencukupkan saya," jelasnya.
Pendiri Pondok Pesantren De Muttaqin, Ike Muttaqin, bercerita Ahmad masuk ponpesnya pada 2016. Ketika mendaftar di pesantren itu, Ahmad sudah menguasai Alquran sebanyak 9 juz, tapi yang benar-benar lancar hanya 1 juz.
"Alhamdulillah Ahmad kami terima, kemudian kami coba perbaiki hafalannya, dan alhamdulillah hafal Alquran 30 juz dalam waktu 8,5 bulan," jelasnya.
Ike pun berharap kehadiran Ahmad bisa menjadi motivasi untuk anak-anak mau menghafal Alquran.
"Harapannya kami dengan hadirnya Ahmad dan Kamil mungkin para penghafal Alquran lainnya yang anak-anak kecil kita harap mereka bisa jadi figur idola yang ada. Kuncinya kesungguhan," papar Ike.
Warga Desa Sidakaton, Ustaz Nur, juga mengatakan sangat bangga dan bersyukur karena salah satu muridnya hafal Alquran sampai 30 juz.
"Semoga bisa menjadi motivasi untuk anak-anak TPQ maupun lingkungan terutama Desa Sidakaton untuk bisa mengikuti jejak Ahmad," ujar Nur.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait