Produk ini nantinya akan dipasarkan melalui media sosial dan market place. Wayang ini dikemas secara digital menyesuaikan perkembangan zaman. Konsumen juga akan mudah mengakses dan menyimpan referensi cerita secara praktis.
“Untuk pelatihan dilaksanakans ecara daring dan luring,” katanya.
Dosen pendamping tim PKM, Eko menyebutkan, program pemberdayaan waria ini dapat menggali ide-ide kreatif para waria. Jika pelatihan ini ditekuni akan berpotensi menjadi peluang usaha yang menarik. Di sisi lain, waria juga berpotensi untuk menjadi pendongeng pada acara tertentu.
Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Sinta Ratri mengapresiasi gagasan yang dikembangkan tim PKM Wansaplas UGM. Program yang dibuat dapat merangkul para waria yang jarang mendapat perhatian dalam program semacam itu.
“Terima kasih, kami banyak mendapatkan bekal untuk membuka peluang usaha yang mandiri. Wayang sampah plastik berhasil dipakai sebagai media pembelajaran,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait