Bentuknya perundungan cukup beragam, baik secara fisik, verbal, dan relasional hingga menyebabkan penyebaran rumor negatif, mengabaikan, mengisolasi, seseorang dalam kelompok.
“Di era digital, cyber bullying biasa dilakukan dalam platform komunikasi digital. Fenomena lain berupa vertical bullying, bentuk perundungan yang dilakukan senior kepada junior,” ujarnya.
Wikan melihat, perilaku bullying muncul karena kurang empati, keinginan untuk balas dendam, meniru perilaku kekerasan, gangguan psikologis, hingga kebutuhan emosional tidak terpenuhi.
“Tidak ada anak yang terlahir menjadi pelaku bullying. Sebagai pendidik, sering kali lupa apa yang kosong dari siswa tersebut, padahal yang dibutuhkan adalah mencari tahu apa yang dibutuhkan siswa,” ujarnya.
Hukuman kepada siswa pelaku bullying bukan merupakan solusi atau penyelesaian masalah. Justru hukuman akan membawa dampak negatif dan tidak memunculkan self dicipline. Penyelesaian masalah harus fokus pada solusi.
"Pendidik harus mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, karena masalah berbeda solusi yang dibutuhkan pun berbeda,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait