Proses pembuatan mi lethek di Kabupaten Bantul yang masih menggunakan tenaga sapi. (Foto: MPI Yohanes Demo)

Ia menjelaskan, mulanya baku singkong dan tepung tapioka tersebut dicampur dengan perbandingan 1:1. Setelah dicampur, kemudian adonan tersebut ditekan hingga berbentuk kotak. Setelah itu adonan dikukus dan kembali dicampur dengan tepung tapioka jika kadar airnya terlalu tinggi.

Kemudian, adonan kembali dipress untuk dibentuk menjadi mi lethek. Mi tersebut kemudian dikukus kembali agar lebih higienis dan menjadi tolak ukur kadaluarsa.

"Secara ilmiahnya dikukus dua kali itu mi akan menjadi lebih higienis dan menjadi tolak ukur expired. Mi lethek yang sudah kering bisa tahan satu tahun jika disimpan ditempat kering," katanya.

Proses pembuatan mie tersebut belum selesai disitu. Setelah dilakukan dua kali pengukusan, mi harus didiamkan selama semalaman. Keesokan harinya, mi lethek direndam dengan air untuk kemudian dijemur hingga kering.

Ferry mengatakan, mi lethek ini hanyalah sebuah sebutan. Pada dasarnya mi ini adalah mi singkong karena bahan bakunya yang berasal dari singkong.

"Pada prinsipnya ini mi singkong, mi lethek hanya sebuah sebutan karena mi ini berwarna kecoklatan. Kalau orang jawa bilangnya lethek," ungkapnya.


Editor : Kuntadi Kuntadi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network