SLEMAN, iNews.id - Gunung Merapi yang ada di perbatasan Sleman DIY, Magelang, Boyolali dan Klaten, Jawa Tengan mengeluarkan awan panas guguran, Kamis (7/1/2021) pagi. Dari laporan belum terjadi hujan abu, khususnya di sekitar lereng Merapi.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, kondisi Gunung Merapi memang meningkat dan Kamis (7/1/2020) pagi ada awan panas guguran dengan kolom tinggi 200 meter. Namun belum berdampak. Masyarakat juga sudah memahami karakteristik Merapi dan skala ancaman belum berubah. Karena itu akan terus melakukan pemantauan dan mengikuti terus perkembangan Merapi dari jam ke jam menit ke menit.
“Sekarang tetap berpegang pada level III (siaga). Kalau nanti BPPTKG memberikan sinyal kondisinya dinaikan kita ikuti. Tapi karena sekarang masih level III, kita masih dengan standar itu,” kata Sri Purnomo, Kamis (7/1/2020).
Sri Purnomo menjelaskan, sesuai arahan BPPTKG radius jarak aman 5 Km. Sehingga warga yang bermukim di daerah yang kurang dari 5 km harus diungsikan, terutama yang rentan. Saat ini hanya Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan yang terdampak. Di mana dari 530 jumlah warga, 328 warga sudah mengungsi di barak Glagaharjo.
Sleman sendiri juga sudah menyiapkan 12 barak pengungsian dengan standar protokol kesehatan (prokes) jika radius ancaman dinaikan. Barak tersebut tersebar di Cangkringan, Pakem dan Turi. Setiap barak rata-rata dengan kapasitas 100 orang. Sehingga nantinya mampu menampung 1.200 orang.
“Namun kita berharap nantinya hanya separuhnya saja yaitu sekitar 500-an, sehingga hanya sebagian barak yang digunakan,“ ujarnya.
Mengenai anggaran menurut Sri Purnomo mencukupi untuk penangganan kegiatan tersebut. Namun berapa jumlahnya ia tidak menyebutkan. “Anggaran cukup, jika ada kekurangan akan minta kepada provinsi,” ucapnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait