Kondisi ini hampir sama dengan kondisi di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul. Dua kabupaten ini ibarat gadis cantik tumbuh mekar yang selalu dikerubuti tawon untuk dihisap manis madunya.
Menurutnya, sampah visual berisi informasi maupun promosi yang bersifat komersial (barang dan jasa) maupun politik (partai politik, bendera parpol, calon anggota dewan, calon bupati, walikota, gubernur dan presiden). Hal ini menunjukkan bahwa sampah visual bukan lagi jadi persoalan sepele.
"Fenomena semacam itu muncul sebagai konsekuensi logis dari kondisi pasar kapitalisme global yang semakin hiper kompetitif. Dalam konteks ini, persaingan pasar berlangsung dengan memanfaatkan pengetahuan, informasi, teknologi dan media komunikasi visual," katanya
Sumbo menyebut, dampak visual fenomena ini menjadikan tembok bangunan heritage, sekolah, rumah sakit bahkan rumah ibadah menjadi galeri terbuka sebagai ruang untuk memasang, menempel iklan luar ruang yang bersifat komersial. Tidak hanya itu, tiang telepon, listrik, lampu penerang jalan dan tiang rambu lalu lintas juga menjadi lokasi menempel iklan.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait