Widodo mengatakan, selama ini warga sudah sangat sejahtera tanpa kehadiran tambang pasir besi. Justru rencana penambangan ini dikhawatirkan petani akan merusak kesuburan tanah. Untuk itulah mereka akan berjuang melawan penambangan dengan menanam, merawat dan memanen.
“Warga sudah sejahtera tanpa ada tambang. Biarkan kami menjadi petani,” katanya.
Selama ini wilayah pesisir Kulonprogo dikenal sebagai sentral produksi cabai di Kulonprogo dan DIY. Cabai petani pesisir banyak dikirim ke Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, dan Bandung. Selain cabai, lahan pesisir Kulonprogo juga menjadi sentral budidaya melon, semangka dan aneka jenis sayuran.
“Setiap tahun kami pasti menikmati harga cabai atau semangka yang mahal. Kalau harga cabai menyentuh Rp100.000 per kilogram jelas kami sangat untung,” katanya.
Rencana penambangan pasir besi dulu akan dilakukan oleh PT Jogja Magasa Iron (JMI) yang merupakan konsorsium antara PT Jogja magasa Mining (JMM) dengan PT Indo Mines. Mereka telah emndirikan pilot project dan sampel pengolahan. Namun belakangan rencana pendirian pabrik biji besi di Kulonprogo tidak jelas. Pada 2020 kembali dilakukan pengiriman sampel pasir besi ke China.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait