Untuk membuat adonan dia menggunakan 7 kilogram tepung, 7 kilogram telur dan 5 kilogram gula. Satu set bahan ini akan menghasilkan roti kolombeng sekitar 600-650 unit. Roti ini bisa bertahan hingga sepekan dan jarang ditumbuhi jamur.
“Roti ini banyak dipasarkan di Bantul, Imogiri. Kalau lokal biasanya datang langsung,” katanya.
Dengan mahalnya bahan baku, roti ini dijual dengan harga Rp1.000 per unit. Sebelum lebaran masih dijual dengan harga Rp800.
Giman mengaku roti ini dulu banyak dipakai untuk kegiatan selamatan atau hajatan seperti pernikahan, kelahiran ataupun kematian. Namun dulu paling sering dipakai untuk acara kematian seperti kenduri atau sesaji sehingga roti ini dikenal dengan rotinya orang mati.
“Saat bulan Ruwah (Syaban) permintaan di Solo bisa 7.000 unit per hari. Tradisi Ruwahan di sana masih ada,” katanya.
Meski sudah ketinggalan zaman, Giman tetap memproduksi roti kolombeng ini. Roti ini masih banyak diburu oleh konsumen khususnya lansia yaang kangen dengan roti ini. Untuk membuat roti ini, dia dibantu dua orang karyawan dengan keuntungan Rp40.000 sampai Rp50.000 dalam satu kali adonan.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait