Menurut sejarahnya, pada awalnya Candi Sewu bernama Manjus Ri Grha yang memiliki arti Rumah Manjusri. Konon katanya, Manjusri merupakan salah satu nama Buddhisatva dalam ajaran Buddha. Hal tersebut diketahui dari Prasasti Kelurak tahun 782 masehi dan Prasasti Manjusrigrha tahun 792 masehi.
Namun para ahli arkeolog menuturkan, Candi Sewu ini merupakan candi yang mempunyai usia yang lebih tua daripada Candi Prambanan ataupun Candi Borobudur yaitu dibangun pada sekitaran abad ke-8 masehi.
Selain itu, Percampuran dua agama awal di pulau Jawa di Candi Sewu ini menarik untuk diikuti. Arsitekstur candi ini berasal dari perpaduan dari Candi Hindu dan Candi Buddha. Keberadaan Candi Sewu yang dibangun tidak jauh dari Candi Prambanan menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu umat Hindu dan Buddha di tanah Jawa hidup berdampingan dan harmonis.
Kala itu, Rakai Pikatan seorang pangeran dari dinasti Sanjaya menikahi Pramodhawardhani dari dinasti Sailendra. Setelah dinasti Sanjaya berkuasa rakyatnya tetap menganut agama sebelumnya.
Candi Sewu juga merupakan kompleks Candi Budha terbesar di Indonesia. Menurut cerita masyarakat sekitar, nama Candi Sewu mengarah pada jumlah candi yang sangat banyak dengan bebatuan yang hampir mendekati jumlah seribu.
Penamaan ini berkaitan erat dengan sejarah Rara Jonggrang yang minta dibuatkan candi berjumlah 1.000. Sayangnya, sampai saat ini proses pemugaran belum sepenuhnya selesai. Sebab, membutuhkan waktu hingga 1 tahun untuk bisa memugar 1 candi berukuran kecil. Sementara, candi yang harus dipugar berjumlah ratusan.
Kompleks Candi Sewu menampung 249 candi dan 8 Arca Dwarapala. Fakta Candi Sewu sebagai Kompleks Candi Buddha Terbesar di Indonesia juga telah diakui oleh Unesco dalam pernyataan Outstanding Universal Value-nya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait