Dia tentu saja harus mengamankan lokasi-lokasi di ketinggian yang ada di sekitar desa itu karena musuh bisa saja mengintai.
"Saya harus amankan ketinggian-ketinggian di sekitar desa itu. Salah satu bukit yang menonjol dan menguasai medan harus diamankan," katanya.
Prabowo lalu memerintahkan satu peleton di bawah seorang letnan untuk mengamankan pesta rakyat dari sebuah bukit. Dia tidak menyebutkan secara jelas identitas letnan lulusan Akademi Militer itu, hanya Letnan A.
Perintahnya tegas dan jelas. Letnan A dan pasukannya diminta naik ke bukit tertinggi tersebut. Prabowo menunjuk bukit yang harus dijaga agar jangan sampai musuh tiba-tiba menyerang saat pesta rakyat.
"Saya perintahkan letnan tersebut. Amankan bukit itu. Amankan kita supaya kita tidak diserang oleh musuh pada saat kita melakukan pesta," perintah Prabowo.
Ada juga satu peleton lain yang ditempatkan Prabowo mengitari lokasi pesta rakyat untuk mengantisipasi serangan musuh. Namun, peleton Letnan A itulah yang ditempatkan di lokasi paling kritis karena terletak di tempat paling tinggi.
Pesta rakyat berlangsung aman dari serangan musuh. Usai pesta, Prabowo kembali ke posko. Dia melewati jalan setapak. Satu tenda dia lewati.
Saat menyalakan senter ke arah tenda, Prabowo pun kaget. Lho, kok si Letnan A itu ada di dalam tenda?
"Saya tanya, bukankah saya perintahkan Anda untuk naik ke bukit yang di belakang itu untuk mengamankan pesta rakyat ini," tanya Prabowo.
Jawaban Letnan A membikin Prabowo tidak habis pikir.
"Sudah Pak, saya sudah perintahkan peleton saya dan peleton saya sekarang sudah ada di atas bukit tersebut."
Prabowo bertanya lagi, "Loh yang mimpin siapa?"
"Yang mimpin bintara peleton saya, Pak," jawab Letnan A.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait