Prabowo menganggap sikap Letnan A suatu contoh kepemimpinan yang sangat tidak benar. Pasukannya yang berjumlah sekitar 25 orang dia perintahkan menjaga keamanan di atas bukit di bawah pimpinan seorang bintara peletonnya.
"Padahal dia adalah komandan peletonnya," kata Prabowo.
Seorang komandan peleton seharusnya berada di tengah-tengah anak buah. Letnan A malah mengaku memimpin pasukannya meski dia dipergoki berada di tenda yang jaraknya sekitar 300 meter dari bukit yang semestinya dia jaga.
Prabowo menganggap, Letnan A telah melakukan pelanggaran prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah kepemimpinan yang paling mendasar. Tidak pantas seorang lulusan Akademi Militer (Akmil) seperti itu.
Kecewa atas kepemimpinan Letnan A, Prabowo lalu menyita senjatanya. Jabatannya sebagai komandan peleton dicabut saat itu juga.
"Sini, kasih senjatamu. Mulai sekarang kamu bukan komandan peleton lagi. Bahkan, lebih rendah dari prajurit biasa karena saya ambil senjatamu."
"Kamu di daerah operasi tanpa senjata, berarti anggap saja kamu adalah Tenaga Bantuan Operasi (TBO)," kata Prabowo.
Saat itu, Prabowo mencabut senjata Letnan A untuk beberapa minggu. Sanksi ini sama saja mempermalukan A. Dia tidak bisa ke mana-mana. Dia merasa takut karena tidak punya senjata di daerah musuh.
Akhirnya kalau dia pergi ke mana-mana, selalu harus mengikuti prajurit lain yang mempunyai senjata.
"Saya lakukan tindakan ini karena ini contoh leadership yang sama sekali tidak benar, tidak boleh ada di kalangan TNI pemimpin semacam itu. Walaupun saya tahu, mungkin banyak yang seperti itu," kata Prabowo.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait