KABUL, iNews.id – Kaum LGBT di Afghanistan ketar-ketir usai Taliban berkuasa. Kaum transgender ini tengah mencari acara agar biasa keluar dari negara itu.
Kaum gay ini merasa terancam dan ketakutan bakal menghadapi kekerasan di bawah kepemimpinan kelompok militan itu.
“Jika saya mendapatkan visa dan sebuah negara memberi saya izin untuk pergi, tentu saja saya akan mempertaruhkan segalanya untuk keluar (dari Afghanistan),” kata seorang mahasiswa gay Afghanistan yang namanya dirahasiakan kepada Reuters.
“Negara mana pun (saya akan pergi), tapi tidak di sini. Tinggal di sini tidak berarti apa-apa bagi kami,” ujarnya.
Sekarang, tak banyak pilihan yang dimiliki lelaki berumur 21 tahun itu, selain hanya bisa bersembunyi di dalam ruangan. Kalaupun punya peluang untuk kabur ke luar negeri, dia dan kaum LGBT lainnya tetap merasa kesulitan. Pasalnya, sedikit harapan Taliban akan membiarkan mereka masuk bandara.
Kanada sebelumnya telah berjanji untuk memukimkan kembali 20.000 warga Afghanistan, dan secara eksplisit memasukkan orang-orang LGBT di dalam komitmennya. Untuk masalah seperti ini, Kanada memang beda sendiri jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Media Irlandia melaporkan bahwa orang-orang LGBT juga akan termasuk di antara 150 pengungsi Afghanistan yang dibawa ke negara itu. Namun, saat ditanyai tentang hal itu, Kementerian Luar Negeri Irlandia tidak menanggapi permintaan komentar dari wartawan.
Sementara, di negara-negara demokrasi Barat lainnya, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, tidak ada kejelasan jaminan seperti yang disampaikan Kanada.
Pada Senin (16/8/2021), atau sehari setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban, Presiden AS Joe Biden menulis memo yang isinya perintah untuk memberikan dana 500 juta dolar AS untuk para pengungsi Afghanistan. Dana itu mencakup kebutuhan mendesak tak terduga, serta kebutuhan selama proses migrasi para pengungsi, korban konflik, dan orang lain yang berisiko dalam konflik di Afghanistan.
Pada Selasa (17/8/2021), Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan kepada wartawan bahwa Washington DC akan menjamin keselamatan warga Afghanistan yang rentan, tapi tanpa memerinci siapa saja. Saat ditanya apakah jaminan itu juga mencakup para LGBT Afghanistan, Deplu AS menolak berkomentar.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait