KULONPROGO, iNews.id - Aktivitas pembangunan Bandara Baru Yogyakarta atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang menimbulkan debu dikeluhkan warga yang tinggal di luar izin penetapan lokasi (IPL) Bandara NYIA. Mereka takut dampak debu akan mengganggu kesehatan warga di luar pagar.
“Ketika ada angin kencang, debu pasti akan berterbangan dan itu mengganggu kesehatan," kata Kepala Dusun Nglawang, Jangkaran, Supandi saat mengadukan permasalahan ini ke Help Desk Bandara NYIA, di Temon Kulonprogo, Senin (9/7/2018).
Warga sebenarnya sudah berusaha menahan diri dengan kondisi yang ada. Selama empat bulan mereka diam dan menahan aktivitas di luar rumah. Namun semakin banyaknya aktivitas membuat debu semakin terasa.
Supandi menyebutkan, ada tiga dukuh yang merasakan dampak terparah dengan jumlah sekitar 200 kepala keluarga (KK). Yakni dari Dusun Nglawang, Jangkaran dan Kledekan Kidul. Letak desa ini memang berada di sisi utara lokasi NYIA, Sehingga dengan adanya aktovitas alat berat menjadikan dampak semakin parah.
Kondisi ini, kata dia, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadpa kondisi kesehatan warga. Udara yang bersih mulai tercemar dengan debu. Bahkan usaha produktif warga juga terancam akan gulung tikar. "Warga yang usaha warung makan mmeilih tutup, takut tercemar dan tidak laku," ujarnya.
Warga Jangkaran, Purwoko mengaku pihak PT Pembangunan Perumahan (PP) selaku pemenanag tender sempat membagikan masker kepada warga. Namun itu tidak menyelesaikan permasalahan yang muncul. Debu tetap terasa dan menjadikan rumah menjadi lebih kotor.
Awalnya mereka menjanjikan akan memeriksa kesehatan warga setiap pekan. Namun itu hanya berjalan dua kali dan saat ini sudah tidak ada lagi. "Janji untuk melakukan pemeriksaan juga tidak dipenuhi," ucapnya.
Warga berharap ada bantuan kompensasi bagi warga terdampak untuk biaya perawatan kesehatan. Selain itu, warga juga butuh bantuan kacamata agar tidak mengalami iritasi.
Purwoko mengakui, warga sempat bersitegang dengan operator alat berat. Warga yang sudah tidak nyaman sempat menghalau alat berat beroperasi di lokasi IPL. Di mana sebelumnya sudah ada kesepakatan untuk tidak beroperasi sebelum permasalahan selesai. Warga akan terus menghalau alat berat, apabila masih beroperasi sebelum tuntutan mereka dipenuhi. "Solusi yang diberikan selama ini, menyiramkan air tak efektif menghilangkan debu," tandasnya.
Permasalahan ini pun sudah pernah disampaikan kepada PT Angkasa Pura dan PT PP beberapa waktu lalu. Namun sampai saat ini belum ada tindaklanjut yang signifikan.
Koordinator Help Desk Proyek NYIA AP I, Ubaidillah Zamharir mengatakan, pekerjaan yang ada di lapangan sudah menjadi tanggung jawab PP sebagai rekanan pelaksana proyek AP I. Kendati demikian, setidaknya AP I dan PP telah berupaya untuk memecahkan persoalan debu yang dialami warga.
Opsi pertama, memasang sprinkle yang mampu memutar air agar mengatasi debu secara maksimal. Namun, diperkirakan bila opsi ini diambil proyek membutuhkan sekitar 2.000 unit sprinkle. Opsi kedua, menyemprotkan cairan kimia yang bisa mengikat pasir. Opsi ketiga, menggunakan tepung kanji. Opsi terakhir, menutup area dengan plastik. "Kami masih mencari opsi yang paling sesuai dengan kondisi di lapangan," katanya.
Perwakilan PT PP, Syahroni berjani untuk meneruskan tuntutan warga kepoada pimpinan. Sebenarnya PP sebagai pelaksana di lapangan sudah berupaya maksimal untuk menekan debu yang muncul. Salah satunya dengan menyiram air. Namun upaya ini tidak bisa maksimal karena kondisi cuaca dan hamparan yang sangat luas. "Kita akan teruskan ke pusat yang lebih berwenang," tandasnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait