Para abdi dalem Kraton Yogyakarta saat prosesi upacara adat Labuhan Merapi. Masyarakat lereng merapi juga rutin menggelar tradisi tolak bala untuk menangkal musibah. (Foto: iNews/Heru Trijoko)

Padepokan yang berdiri sejak tahun 1973 ini didirikan oleh Romo Yoso Sudarmo. Letak padepokan ini berada kurang lebih enam kilometer dari barat daya puncak Gunung Merapi, tepatnya di Tutup Ngisor  Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang

Tradisi ini dilakukan tepat di tahun baru penanggalan Jawa atau bertepatan dengan pertengahan bulan Suro menurut kalender Jawa. Selain itu, tradisi ini dilakukan tepat pada bulan purnama pertama di setiap tahunnya.

Pertama mereka akan melakukan uyon-uyon candi dengan menabuh gamelan di sekitar pusara pendiri padepokan yaitu Romo Yoso Sudarmo. Acara ini sangat sakral karena makan Romo Yoso Sudarmo dianggap candi oleh keluarga besar Padepokan ini.

Setelah melakukan uyon-uyon candi sampai hampir tengah malam, mereka melanjutkan acara pembacaan surat yasin, kenduri, pemasangan sesaji, tirakatan, persembahan panembrama, beksan Kembar Mayang, dan pementasan wayang sakral "Lumbung Tugu Mas".

Tradisi ini memberikan makna tersirat terhadap pentingnya upaya untuk melakukan perbaikan untuk mengatasi Covid19 sehingga kehidupan masyarakat dunia bisa normal dan berjalan seperti sedia kala.

Itulah Tradisi Tolak Bala Dari lereng Gunung Merapi. Semua tradisi itu dilakukan sebagai bentuk usaha untuk melindungi seluruh masyarakat yang berada di lereng Gunung Merapi agar terhindar dari musibah. (*dikutip dari berbagai sumber)


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network