YOGYAKARTA, iNews.id- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta saat ini memiliki 241 dosen bergelar doktor. Prosentasi jumlah dosen yang menjadi doktor di UII telah mencapai 30,7 persen sehingga melampaui rata-rata nasional.
"Saya mengucapkan selamat kepada 26 doktor baru. Kehadiran ibu dan bapak doktor baru, menjadikan cacah dosen dengan pendidikan doktor di UII menjadi 241 orang atau 30,7 persen dari keseluruhan 784 dosen," kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid dalam acara Penyambutan Doktor Baru UII Tahun 2021 di Kampus UII, Yogyakarta, Senin (27/12/2021).
Fathul menuturkan persentase jumlah doktor di UII jauh di atas rata-rata nasional mengingat data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada akhir 2020 menunjukkan dari 309.006 dosen, baru 51.500 atau 16,7 persen yang berpendidikan doktor.
"Saat ini, sebanyak 129 dosen UII juga sedang menempuh studi doktor, baik di dalam maupun di luar negeri. Jika semuanya berhasil dalam beberapa tahun mendatang, maka proporsi dosen UII yang berpendidikan doktor akan menjadi 47,2 persen," kata dia.
Dari 26 doktor di UII, sebanyak 12 orang lulusan beragam perguruan tinggi di Indonesia. Sisanya, 14 orang menuntaskan studinya di Jepang (5 orang), Australia (3), Turki (2), Belanda, Malaysia, Swedia, dan Thailand, masing-masing 1 orang. "Keragaman ini sangat penting untuk menjaga dinamika gagasan dan diskusi," ujar dia.
Fathul meminta para doktor baru mampu melakukan refleksivitas serta sensitif membaca keadaan sehingga mampu memunculkan gagasan-gagasan yang cemerlang.
"Saya berharap dapat meningkatkan refleksivitas otonom atau 'autonomous reflexivity', mengasah sensitivitas dalam membaca keadaan. Refleksivitas ini diperlukan untuk memahami konteks dengan lebih baik," kata Fathul Wahid dalam acara Penyambutan Doktor Baru UII Tahun 2021 di Kampus UII, Yogyakarta, Senin.
Melalui upaya refleksivitas tersebut, menurut dia, akan ada percakapan internal yaitu aktivitas mental mandiri atau dialog internal dengan diri sendiri yang intensif tanpa melibatkan orang lain. "Kita bisa sebut dengan bahasa kasual sebagai solilokui atau berbincang dengan diri sendiri," ujar dia.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait