Fathul meyakini refleksivitas yang mendalam akan menghadirkan kesadaran yang lebih komprehensif serta gambaran yang lebih utuh.
"Ujungnya, adalah ide yang matang, atau paling tidak setengah matang, yang sudah melibatkan beragam variabel sebagai konsiderans. Pemikir yang seperti ini akan terhindar dari sindrom 'seharusnya' atau 'kudune' yang biasanya gagal memahami realitas," kata dia.
Kendati demikian, lanjut Fathul, pada kesempatan lain, hasil refleksivitas dapat diperkaya dan dikontestasi dengan ide orang lain. "Pesan kuncinya adalah menjadi pemikir mandiri dengan ide-ide yang tulen," ujar dia.
Dengan kesadaran refleksivitas tersebut, menurut dia, pada akhirnya akan melahirkan ide yang selain paham dengan konteks kita berpijak, juga memahami kekuatan diri sendiri, untuk menavigasikan perubahan di tengah beragam kekangan dan keterbatasan yang ada.
"Jika ini yang terjadi, maka akan lahir manusia-manusia yang tidak mudah mengeluh, tetapi justru menjadi produktif dan kontributif dengan inovasi strategi untuk tumbuh dan berkembang," kata dia.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait