Banyak Mural Berisi Kritikan Dihapus, SPS UGM: Pemerintah Jangan Alergi dengan Ekspresi Seni
YOGYAKARTA, iNews.id – Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (SPS) UGM mengkritisi maraknya mural yang dihapus pemerintah melalui aparat karena berisi kritikan kepada pemerintah. Mural merupakan seni jalanan yang bersifat visual sebagai ekspresi seni.
Ketua SPS UGM Budi Irawanto mengatakan tidak sedikit mural yang berisi kritik sosial dan politik. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun hampir di banyak negara. Namun ia tidak sepakat apabila penghapusan mural dengan menggunakan isu vandalisme atau dianggap mengganggu keindahan kota.
“Mural sebagai bagian dari seni jalanan sangat dekat dengan kritik sosial dan politik, tapi tidak semua mural bermuatan politik. Mural sebenarnya lebih banyak mengekspresikan keindahan visual menggunakan medium dengan yang ada di jalan, dinding, dan bangunan arsitektur,” katanya.
Budi Irawanto mengajak seniman mural untuk membuat mural yang mampu membangun keindahan kota dengan baik. Meski berbagai mural juga berisi konten yang berupa kritik sosial dan politik kepada pemerintah sebagai bagian dari ekspresi.
“Harapan kami pemerintah atau aparat tidak alergi terhadap kritik sosial lewat mural,” katanya.
Budi Irawanto mendukung penghapusan mural apabila berisi gambar ajakan kebencian dan provokasi serta tidak menampilkan karya seni yang sesungguhnya. Mural sebagai bagian dari seni sangat berkaitan erat dengan kondisi sosial dan politik yang ada di suatu masyarakat. Seni sudah bergeser bukan lagi sebatas ekspresi individual dari senimannya, namun bagian ekspresi kolektif dan komunitas.
“Seni juga bagian upaya melakukan penyadaran karena memiliki muatan pengetahuan,”ujarnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi