Berkontribusi Besar Pada Persandian, Sri Sultan Terima Anugerah Adhibakti Sanapati

YOGYAKARTA, iNews.id -Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menerima penghargaan Anugerah Adhibakti Sanapati oleh BSSN Indonesia. Sultan dianggap berjasa karena memprakarsai berdirinya Museum Sandi bersama Kepala Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia, Mayjen TNI Nachrowi Ramli pada 2006 lalu.
Penghargaan diberikan oleh kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen (Purn) Hinsa Siburian kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (8/6/2023) kemarin di Avenzel Hotel and Convention, Bekasi, Jawa Barat.
Pemberian penghargaan ini turut disaksikan oleh keluarga Mayjen TNI (Purn) Dr Rubiono Kertopati, Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Irjen Pol Suntana, Deputi Kelembagaan dan Tata Laksana KemenpanRB Nanik Murwati, Direktur Integrasi Data Kependudukan Nasional David Yama serta kepala Diskominfo se-Indonesia.
Tercatat ada 3 tokoh di Indonesia yang memiliki peran besar terhadap persandian, yaitu Mayjen TNI (Purn) Dr Rubiono Kertopati, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ketiganya mendapatkan Anugerah Adhibakti Sanapati dari BSSN.
Sultan mengungkapkan terimakasih atas penghargaan yang diterima untuk dirinya maupun Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Menurutnya, sudah menjadi kewajiban warga negara untuk melaksanakan tugas kenegaraan dengan penuh tanggung jawab dalam hal apapun.
Sultan menganggap penghargaan tersebut tidak hanya untuk dirinya sendiri namun untuk seluruh ASN yang ada di Pemda DIY yang selama ini juga telah mengabdi, di dalam hubungannya dengan pengamanan maupun pengembangan siber maupun sandi bagi kepentingan pemerintah daerah.
"Tidak mudah untuk bicara siber maupun sandi karena perkembangan teknologi membuat tantangan semakin besar,"ujarnya.
Teknologi dan kemajuan memaksa siapapun untuk tetap belajar, karena kondisi apapun informasi yang ada lewat transmisi siber bisa dipotong di tengah jalan. Apabila dipotong di tengah jalan, akan ada ketidak utuhan karena bisa ditambah, dikurangi dan bisa bocor.
Hal-hal seperti itu merupakan suatu tantangan yang luar biasa baik menyangkut masalah peralatan itu sendiri yang bisa disalahgunakan ataupun mungkin permasalahan lainnya. Semua itu menjadi tantangan di masa depan.
Sri Sultan berharap, pengamanan siber dan sandi di departemen-departemen dan lembaga-lembaga negara termasuk di kedutaan-kedutaan besar Indonesia di luar negeri harus ditingkatkan. Hal ini sebagai upaya mengamankan republik ini dari kemungkinan-kemungkinan penyalahgunaan ruang siber.
"Pemerintah daerah juga wajib berbuat sesuatu mengikuti perkembangan tantangan zaman tapi juga menjaga berita rahasia,"ujarnya.
Sri Sultan berharap penghargaan ini bisa memberikan ruang pemahaman sebagai salah satu bentuk literasi pada publik atas pentingnya Badan Siber dan Sandi Negara. Mereka memegang peranan strategis dalam pengamanan bagi jutaan rakyat indonesia.
“Semoga Badan Siber dan Sandi Negara ini sukses melaksanakan tugas kewajibannya menjaga rahasia negara dan kita juga merasa aman dan nyaman berada dalam lingkungan NKRI,” kata Sultan.
Pada 2006 lalu, Sri Sultan HB X menyampaikan gagasan untuk menampilkan benda-benda terkait sejarah persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta. Gagasan itu ditindaklanjuti dengan pembentukan tim pengisian koleksi Museum Sandi di DIY. Tepat pada 29 Juli 2008 dilaksanakan peresmian museum kriptografi pertama di Indonesia sekaligus ketiga di dunia dengan nama Museum Sandi.
Museum Sandi terus berkembang pesat. Sejak tahun 2014, Museum Sandi menempati aset Pemda DIY berupa bangunan cagar budaya di kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Selain keberadaan Museum Sandi, tradisi lain yang masih terpelihara dengan baik di DIY ialah pertemuan Forum Komunikasi Persandian Daerah (Forkomsanda) yang rutin digelar setiap bulan.
Sementara itu Hinsa Siburian memberikan apresiasinya terhadap kiprah Gubernur DIY tersebut. Museum Sandi ini sampai saat ini sudah mendapatkan berbagai penghargaan atas keberadaannya. Museum yang berada di Kota Yogyakarta ini museum kriptologi satu-satunya di Indonesia.
Tahun 2019 menjadi Museum Sandi memperoleh standarisasi dari Kemendikbud dan pada tahun 2022 mendapat peringkat kedua dalam daya tarik wisata berkelanjutan di kota Yogyakarta. Tahun ini Museum Sandi bersama Museum Nasional adalah dua museum pertama di Indonesia yang menjadi mitra resmi program magang dan studi independen bersertifikat.
"Program ini merupakan pelaksanaan dari Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicanangkan oleh Kemendikbud,” tutur Hinsa Siburian.
Editor: Ainun Najib