BRASILIA, iNews.id – Brasil akan memborong solar Rusia. Ini setelah Moskow memberikan harga diskon besar-besaran.
Kepada wartawan saat berkunjung ke Markas PBB di New York, AS, Selasa (12/7/2022), Menteri Luar Negeri Brasil, Carlos Franca menjelaskan kesepakatan itu baru saja dicapai dengan Moskow.
Sering Macet, Seputaran Selokan Mataram Akan Ada Rekayasa Lalu Lintas
“Kami harus memastikan bahwa kami memiliki cukup solar untuk sektor agrobisnis Brasil, dan tentu saja, untuk para pengguna kendaraan di Brasil,” kata Franca.
“Jadi, itulah mengapa kami mencari pemasok diesel yang aman dan sangat andal. Rusia adalah salah satunya,” tuturnya.
Serangan Drone AS Tewaskan Pemimpin ISIS di Suriah
Franca tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang transaksi energi tersebut. Namun, kata dia, Brasil ingin membeli solar sebanyak-banyaknya dari Rusia.
Masih belum jelas bagaimana negara Amerika Latin itu akan membeli solar Rusia tanpa menghadapi sanksi Barat.
Pelepasan Tanah Wakaf Terdampak Tol Lamban, Kemenag Klaim Karena Persyaratan Harus Detail
Ketika ditanya apakah ada penolakan Barat atas rencana untuk membeli diesel dari Rusia, Franca mengatakan tidak. Dia menjelaskan, Rusia adalah mitra strategis Brasil.
Kedua negara sama-sama anggota BRICS, yakni kelompok ekonomi yang terdiri atas Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Blok tersebut dipandang sebagai alternatif pasar berkembang yang kuat bagi Barat.
“Kami sangat bergantung pada ekspor pupuk dari Rusia dan juga dari Belarus. Dan tentu saja, Rusia adalah penyedia minyak dan gas yang hebat. Anda dapat bertanya kepada Jerman tentang hal itu. Dapat bertanya kepada Eropa tentang itu. Jadi Brasil, kami kekurangan pasokan ini,” katanya.
Senin (11/7/2022) lalu, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan, negaranya hampir meraih kesepakatan pembelian solar Rusia dengan harga jauh lebih murah. Langkah tersebut dianggap sebagai bentuk lain dari manfaat hubungan persahabatannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) meminta bantuan Moskow untuk membela diri dari serangan tentara Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, operasi miltier itu demi melindungi rakyat Donbas, yang menurutnya telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.
Menanggapi agresi Rusia, negara-negara Barat meluncurkan sanksi secara bertubi-tubi terhadap Moskow, termasuk embargo terhadap produk energi dari negara itu. Amerika Serikat dan para sekutunya juga terus memasok senjata ke Ukraina.
Editor: Ainun Najib