Cerita Rakyat Yogyakarta, Asal Usul Gua Kiskendo: Kerajaan Manusia Berkepala Kerbau

YOGYAKARTA, iNews.id- Cerita rakyat Yogyakarta kali ini berhubungan dengan asal usul sebuah objek wisata Gua Kiskendo di Kulonprogo. Mungkin sebagian besar masyarakat sudah tidak asing dengan gua tersebut.
Terlebih bagi Anda yang mempelajari mitologi Hindu, istilah Mahesa Sura dan Lembu Sura yang merupakan sosok laki-laki berkepala kerbau dan sapi tentu terdengar akrab di telinga Anda.
Menurut cerita, Gua Kiskendo ini merupakan tempat tinggal atau kerajaan dari sosok raja berkepala kerbau dan lembu itu. Terbentuknya Gua Kiskendo juga dilatarbelakangi dengan perang perebutan kekuasaan antara Subali-Sugriwa dengan Mahesa-Lembu.
Lalu bagaimana kelanjutan kisah pertarungan tersebut? Mari simak ulasan cerita rakyat Yogyakarta mengenai asal usul Gua Kiskendo ini.
Diceritakan pada zaman dahulu di Pegunungan Menoreh, terdapat sebuah gua yang merupakan tempat tinggal Mahesa Sura dan Lembu Sura. Mereka adalah penguasa di wilayah tersebut yang mempunyai kesaktian yang amat luar biasa. Di mana jika salah satu dari keduanya meninggal, kemudian saudaranya melangkahi dirinya, maka ia akan kembali hidup begitu pun sebaliknya. Mereka tidak akan mati jika salah satu dari mereka masih hidup, justru akan membantunya untuk hidup kembali.
Saat malam tiba, Mahesa Sura bermimpi bahwa dirinya telah menikah dengan Dewi Tara, seorang putri dari Bathara Indra di negeri Kahyangan. Keesokan paginya, dengan tekad kuat, ia akan mewujudkan apa yang dimimpikannya semalam. Apapun yang terjadi, ia harus mewujudkannya. Kemudian ia menyuruh Lembu Sura selaku adiknya untuk melamar sang dewi.
Sebenarnya, sang adik telah memperingati Mahesa bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Namun, Mahesa tetap bersikeras untuk memperjuangkan mimpinya itu. Tak dapat berkata lagi, Lembu Sura segera pergi ke negeri Kahyangan dan menemui para dewa.
Benar saja dugaannya. Para dewa menolak dengan tegas lamaran Mahesa Sura. Mendengar kabar tersebut, Mahesa marah besar. “Aku tidak terima! Awas saja, aku harus segera memberi pelajaran kepada mereka!” amuknya.
Bergegas ia mengajak sang adik untuk menyerang tanah Kahyangan. Karena kesaktian mereka, tak satupun para dewa yang mampu mengalahkan mereka. Akhirnya, Mahesa berhasil membawa Dewi Tara untuk turun ke bumi dan berniat menikahinya. Dewi pun hanya dapat pasrah, karena kekuatannya tak sebanding dengan kesaktian Mahesa.
Setelah Dewi Tara dibawa ke bumi oleh Mahesa, para dewa di bumi Kahyangan terus berpikir bagaimana cara agar Dewi Tara dapat kembali lagi ke Kahyangan. Akhirnya terbesit dalam pikiran mereka untuk menggunakan kesaktian Aji Pancasona yang hanya dapat digunakan oleh orang yang suci, berhati luhur, serta dapat mengendalikan nafsu. Dengan segera para dewa sepakat untuk menumpahkan kesaktian Aji Pancasona kepada Subali, putra Resi Gotama yang sedang menjalankan pertapaannya sejak bertahun-tahun lalu di Surya Pringga.
Tanpa berpikir panjang, Bathara Guru segera menemui Sabali dan memberikan sebuah tawaran yang diikuti oleh perintah. “Wahai, Subali! Aku akan mengabulkan segala permintaanmu. Namun, dengan syarat, kau harus menumpas angkara murka yang bersemayam di dalam tubuh Mahesa Sura dan Lembu Sura. Dan bawalah Dewi Tara kembali ke Kahyangan,” ujar Bathara Guru kepada Subali.
Editor: Ainun Najib