Cucu Ki Bagus Hadikusumo Ungkap Peran Kebangsaan Muhammadiyah

YOGYAKARTA, iNews.id - Anggota MPR Afnan Hadikusumo menyebut proses berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai ormas, termasuk Muhammadiyah. Muhammadiyah terlibat aktif dalam mendirikan Negara Republik Indonesia.
Afnan mengatakan setelah Indonesia merdeka, pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus berlanjut.
"Pada berbagai periode pemerintahan hingga periode reformasi pengabdian terhadap bangsa dan negara terus berlanjut," ujar Afnan saat acara Sosialisasi Empat Pilar Bernegara yang diselenggarakan MPR Bersama Pusat Studi Muhammadiyah di Sleman Sabtu (19/3/2022).
Cucu Ki Bagus Hadikusumo, salah satu pendiri Muhammadiyah ini menambahkan, khidmat kebangsaan Muhammadiyah ini didorong oleh keinginan yang kuat agar Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan.
"Inilah bukti bahwa Muhammadiyah ikut 'berkeringat' di dalam usaha-usaha memajukan kehidupan bangsa. Muhammadiyah selalu meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan untuk menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan," ujarnya.
Sementara itu Ketua Pusat Studi Muhammadiyah, Bachtiar D Kurniawan mengatakan, Muhammadiyah telah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang berkontribusi bagi pencerdasan, kemajuan, dan perubahan kehidupan bangsa Indonesia.
"Dari rahim Muhammadiyah hadir tokoh Amien Rais sebagai tokoh reformasi, Syafii Maarif tokoh pluralisme dan kemanusiaan, serta Din Syamsuddin tokoh lintas agama di tingkat nasional sampai internasional," ujarnya.
Bahkan tidak sedikit yang kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional, misalnya saja Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan bergerak dalam mencerdaskan dan memajukan bangsa.
Kemudian Kiai Mas Mansur menjadi tokoh Empat Serangkai bersama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Hadjar Dewantoro dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.
Ki Bagus Hadikusumo didukung Kahar Muzakkir dan Kasman Singodimedjo menjadi penentu konsensus nasional penetapan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 sebagai konstitusi dasar sekaligus di dapamnya penetapan Pancasila sebagai dasar negara.
"Saat perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan, kontribusi Muhammadiyah terbesar melalui Soedirman adalah perang gerilya. Presiden RI pertama Soekarno juga aktivis Muhammadiyah, bahkan menjadi pengurus Majelis Pendidikan sewaktu di Bengkulen (Bengkulu). Dia juga berguru secara informal dengan Kiai Dahlan," ujarnya.
Editor: Ainun Najib