Densus 88 Ikut Bantu Polda DIY Ungkap Kasus Penyerangan Umat Gereja
SLEMAN, iNews.id – Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum bisa mengungkap motif dibalik kasus penyerangan umat dan pastor yang tengah beribadah di Gereja Katolik Santa Lidwina, Trihanggo, Sleman, pada Minggu, 11 Februari 2018. Untuk mengungkap kasus tersebut, Polda DIY akan dibantu oleh petugas dari Detasemen Khusus (Densus) 88.
“Kami di-backup dari Densus 88 dan mereka juga sudah datang,” kata Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri dalam jumpa pers di halaman Mapolda DIY, Selasa (13/02/2018).
Kapolda DIY Brigjen Pol Ahmad Dofiri memaparkan, pihaknya sampai saat ini juga belum bisa melakukan pemeriksaan terhadap pelaku yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Kalasan, Sleman. Pada Minggu, 11 Februari 2018, petugas medis baru melakukan operasi untuk mengangkat proyektil yang bersarang di lututnya sebelah kanan. “Setelah kondisi pelaku membaik dan stabil, baru kami akan melakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan awal, pelaku mengaku datang dari Banyuwangi dan berada di Yogyakarta dan Magelang selama empat hari. Sebelumnya, pelaku sempat terpantau menginap dan bermalam di salah satu musala hingga akhirnya berada di gereja dan melakukan penyerangan terhadap umat dan pastor saat misa berlangsung.
Apakah kasus ini akan ditarik ke Jakarta atau di tangani di Yogyakarta? Kapolda DIY juga belum bisa memberikan kepastian. Semuanya tergantung dari hasil penyelidikan yang akan dilakukan. “Kami periksa saja belum, jadi belum tahu motifnya,” katanya.
Dia menegaskan, tim sudah bergerak cepat dalam menuntaskan kasus ini. Setidaknya sampai saat ini, sudah ada 11 saksi yang dimintai keterangan. Termasuk mengenai adanya informasi mengenai pelaku yang menjual telepon selulernya untuk membeli pedang. “Kami masih dalami informasi itu. Fokus ini dulu, jaringan nanti,” ujarnya.
Selain mengamankan pelaku, polisi juga menyita barang bukti berupa sebilah pedang. Polisi juga menemukan ijazah dari pelaku yang ada di dalam tas punggung yang dibawanya saat menyerang umat dan pastor fi Gereja Katolik Santa Lidwina. “Dia memang pernah kuliah, ijazah itu SMA atau sarjana, kami malah belum cek,” ujar Dofiri.
Kapolda DIY meminta masyarakat untuk tidak terprovokasi dengan berbagai informasi yang beredar di media sosial. Dia berharap masyarakat percaya kepada polisi. “Adanya asumsi jaringan mana atau umat mana tidak perlu dipercaya karena polisi saja belum melakukan pemeriksaan. Kami juga terus berkoordinasi dengan Forum Komunikais Umat Beragama (FKUB) untuk membuat rasa aman dan nyaman,” tuturnya.
Sementara salah seorang umat Gereja Katolik Santa Lidwina, Martiyah berharap kasus itu bisa terungkap. Dia merasa masih trauma dengan kejadian yang dialaminya ketika tengah beribadah. “Semoga ini kasus terakhir kali dan tidak ada kejadian seperti ini lagi,” ujar Martiyah.
Pada Minggu (11/2/2018), jemaat Gereja Santa Lidwina yang berada di Bedog, Trihanggo, Gamping, Sleman, tengah melakukan misa dan kebaktian. Saat itu pelaku datang dan membacok seorang jemaat yang berada di luar. Pelaku kemudian masuk dan membacok jemaat lain yang ada di bagian depan. Pastor yang memimpin misa juga tidak luput dari serangan pelaku yang menggunakan pedang.
Pelaku akhirnya bisa dilumpuhkan petugas dari Polsek Gamping dengan menembak kedua kakinya. Seorang petugas bahkan sempat ikut terkena sabetan pedang dan mengalami luka robek. Setidaknya ada empat umat, satu pastor, dan anggota polisi yang menjadi korban. Pelaku sudah diamankan dan menjalani perawatan medis di RS Bhayangkara, setelah sebelumnya dirawat di RSA UGM.
Editor: Maria Christina