Gandeng Alumni, SMPN 1 Yogyakarta Bakal Berikan Pelatihan Hak Kesehatan Seksual ke Siswa

YOGYAKARTA, iNews.id - Korban predator seksual dengan sasaran remaja atau anak di bawah umur terus bertambah. Angka kekerasan seksual terhadap anak ataupun hamil di luar nikah hingga akhirnya melakukan aborsi menjadi fenomena belakangan ini.
Oleh karenanya, SMPN 1 Yogyakarta dan alumni angkatan 1973 akan berusaha menghadirkan pendidikan seks kepada anak-anak di sekolah tersebut. Karena pendidikan seks bagi anak sekolah selama ini masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Salah satu alumni SMPN 1 Yogyakarta Angkatan 1973, Budi Wahyuni menuturkan Menteri Pendidikan mengeluarkan daftar 3 dosa besar pendidikan di tanah air yakni kekerasan seksual, bullying dan intoleransi. Ini menandakan jika tiga hal tersebut merupakan hal yang mendesak untuk segera diatasi.
"Karena saya sebagai alumni di sini dan kemudian memang punya komitmen penegakan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi," ujar dia.
Pihaknya yakin para siswa ini butuh orang tua, guru ataupun pendamping. Di mana ketika anak-anak ini butuh tidak bisa terpenuhi dengan les, karena memang tidak ada guru yang mengajarkannya.
"Mereka tidak bisa les. sopo gurune? itu nggak ada. Gurunya ya medsos, gurunya ya YouTube, gurunya ya Twitter, gurunya ya IG yang belum tentu benar," ujarnya.
Menurutnya apa yang ia lakukan tersebut dalam proses ingin membongkar karena pihaknya tidak bisa membiarkan data stunting tinggi, data kekerasan seksual di dunia pendidikan meningkat kemudian kehamilan tidak dikehendaki yang berakhir dengan arsip abortion.
Di mana pasti sekolah meminta anak tersebut keluar dengan cara hapus yaitu mengundurkan diri. Jika kemudian kehamilan di luar nikah kemudian lahir secara prematu dan biasanya mereka unmarried. Jika kemudian dinikahkan ini menjadi titik awal pertama terjadinya KDRT. "Nah ini sinkron dengan datanya Komnas perempuannya," kata mantan anggot Komnas Perempuan ini.
Oleh karenanya, para alumni ini nanti akan memberikan program pelatihan hak kesehatan seksual dan reproduksi anak, kemudian pihak sekolah menyediakan tempat dan guru atau siswanya di mana pihaknya akan memberikan ilmu kepada sekolah. Sementara alumni 1973 akan memberikan pengetahuan segala sesuatu tentang seks.
Pihaknya akan memberikan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, kontrasepsi, seksualitas komplit dari a sampai z, orientasi seks, HIV AIDS dan semuanya yang berkaitan dari perilaku sek sampai penyakit-penyakit. Semuanya akan disampaikan secara terbuka baik dan benar.
"Kami tidak boleh menyembunyikan kalau memang teknologi mampu menjawab aborsi jawabnya begini kalau begini," ujarnya.
Saat ini BKKBN justru beralih isu ke penanganan stunting sehingga alat kontrasepsi, pendidikan seksualitas tidak ada yang menangani. Oleh karenanya pihaknya berupaya untuk melaksanakan program pendidikan seks tersebut. "Nah ini juga dipicu oleh karena saya diserahin sebagai Indonesia women center koordinator," kata dia.
Dia mengungkapkan fenomena kekerasan ataupun kejahatan seksual semakin meningkat. Meskipun dia tidak memiliki angka pasti namun dia menandaskan yang menjadi keprihatinan adalah kedalaman kejahatan seksual tersebut.
Oleh karenanya, pihaknya akan berupaya memberikan edukasi menyeluruh termasuk pengetahuan sebenarnya hasrat seksual itu bisa dikelola sehingga tidak berdampak negatif. "Hukuman kebiri ke pelaku itu sebenarnya bukan solusi. Karena pelaku masih bisa melakukan kejahatan dengan cara lain. Bisa saja memasukkan barang tertentu ke anak tersebut," ujarnya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Yogyakarta, Niken Sasanti mengakui pendidikan seksualitas tersebut selama ini memang belum dilakukan secara maksimal. Karena memang selama ini beban sekolah cukup banyak di mana mereka harus bertanggungjawab segalanya terhadap anak.
"Kami dituntut agar anak pinter. Kami memang lebih banyak berkonsentrasi terhadap akademik anak. Sehingga pendidikan lain agak terkesampingkan,"ujarnya.
Sebenarnya salah satu ketugasan guru Bimbingan Konseling (BK) adalah pendidikan moral termasuk seksualitas. Namun jam mereka terbatas dan memang ada beberapa hal yang harus masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Oleh karenanya kehadiran para alumni yang akan memberikan pendidikan hak kesehatan reproduksi diharapkan mampu membantu para siswa akan mendapatkan pemahaman hal yang positif dan negatif. Sehingga nanti terhindar dari hal-hal yang negatif.
"Nanti yang pertama adalah guru terlebih dahulu. Nanti semua guru diharapkan bisa memberikan pengetahuan seksual kepada para siswa,"ujarnya.
Editor: Ainun Najib