Hujan Es Muncul di Yogyakarta, Begini Penjelasan Pakar Klimatologi

YOGYAKARTA, iNews.id – Fenomena hujan es (hail) muncul di DIY dalam dua hari belakangan ini. Pakar Klimatologi Universitas Gadjah mada (UGM) melihat hujan es ini merupakan fenomena alam dari pembentukan awan Cumulonimbus.
“Hujan es terjadi dari pembentukan awan Cumulonimbus yang tumbuh vertikal melebihi titik beku air. Awan ini tumbuh di ketinggian sekitar 450 mdpl hingga bisa mencapai 10.000 mdpl pada saat masa udara dalam kondisi tidak stabil,” kata Pakar Klimatologi UGM, Emilya Nurjani, Kamis (4/3/2021).
Awan bagian bawah (awan panas) mengandung uap air yang turun sebagai hujan yang kita kenal. Sedangkan bagian atas awan (awan dingin) mengandung es. Bagian ini yang jatuh sebagai hujan es karena suhu udara di permukaan di Yogyakarta dan Turi mendukung kristal es tetap membeku walau ukurannya lebih kecil.
“Awan dingin itulah yang jatuh berujud kristal es,” katanya.
Di negara dengan empat musim, kata Emilya, hujan es yang jatuh berukuran besar kerap terjadi saat musim dingin. Ini terjadi karena suhu udara di permukaan juga dingin. Akibatnya hail yang turun tidak mengalami pencairan. Penyebabnya kelembaban udara yang tinggi serta massa udara yg tidak stabil dan suhu permukaan bumi yang mendukung.
Namun, yang terjadi di negara tropis lebih kepada fenomena cuaca mempunyai dampak skala horizontal dan waktu yang berbeda-beda. Awan stratus yang tidak tebal dan mengandung air sehingga hujan yang turun durasi pendek, hujan ringan sampai sedang, wilayah yang terdampak sekitar ratusan meter hingga 2 km. Begitu juga dengan awan Cumulonimbus (Cb), tumbuh vertikal ke atas, tetapi tidak lebar, sehingga wilayah terdampak juga tidak luas, tetapi hujannya cukup deras.
“Kemungkinan awan Cumulonimbus yang di Turi (Sleman) dan di Kota Yogyakarta berbeda, sehingga waktu kejadiannya juga berbeda,” paparnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi