Kaleidoskop 2020: TPST Berulangkali Ditutup Warga, Pemda Tak Ada Solusi

YOGYAKARTA, iNews.id- Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan sejatinya sudah penuh sejak 2012 silam. Namun, TPST yang digunakan untuk membuang sampah oleh Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul ini hingga sekarang tetap 'dipaksa' beroperasi.
Lokasi yang dulunya berupa lembah ini sekarang menjadi bukit sampah. Akibat sudah tak layaknya TPST yang berada di Ngablak Kecamatan Piyungan ini, bau yang ditimbulkan dari TPST ini beberapakali bisa sampai ke Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret dan Desa Terong, Kecamatan Dlingo. Desa Terong dan Segoroyoso lokasinya jauh dan berbeda kecamatan dari TPSP ini ikut terimbas.
Tak hanya itu, lindi (air rembesan dari tumpukan sampah) bahkan mencemari sumur milik warga sekitar. Sumur-sumur milik warga di RT 06 Dusun Lengkong, Piyungan, Bantul tercemar oleh air lindi dari TPST Piyungan. Akibat pencemaran lindi ini, warga sempat menutut akses menuju TPST pada 16 September 2020.
Dalam setahun ini aksi penutupan semacam ini sudah sering dilakukan oleh warga sekitar. Namun hal itu tak kunjung membuat pemerintah daerah berusaha mencari solusi atas penuhnya TPST ini.
Terakhir pada Jumat (18/12/2020) warga dari empat RT disekitar lokasi TPST bersama pemulung sepakat menutup akses menuju TPST.
Penutupan ini dilakukan lantaran warga kecewa Pemda DIY ingkar janji. Warga kesal lantaran sampah yang tidak bisa tertampung meluber hingga ke akses jalan utama. Apalagi musim hujan kondisi TPS sangat buruk. Bau dan lalat dan limba lindi membuat warga sengsara.
Selain menuntut perbaikan sampah yang lebih baik, warga menuntut Pemda DIY mengaspal askes jalan, memasang penerangan, dan memperbaiki saluran limbah lidi yang telah merembes ke lingkungan warga.
Setiap harinya sampah yang dibuah di TPST Piyungan sekitar 600 ton sampah. Paling banyak berasal dari Kota Yogyakarta. Rata-rata per bulan sampah dari Kota Yogyakarta mencapai 9.000 ton, Sleman 5.000 on dan Kabupaten Bantul sendiri 2.000 ton sampah.
Editor: Ainun Najib