Mahasiswa UGM Berhasil Membuat Prototype Kaki Peraga Edukasi Titik Saraf Refleksiologi

JAKARTA, iNews.id-Tim mahasiswa UGM melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) berhasil menciptakan prototipe kaki peraga edukasi titik saraf refleksiologi yang ramah untuk tunanetra. Alat peraga edukasi titik saraf ini bernama Smart Massage Tools.
Tim UGM ini terdiri atas mahasiswa UGM yakni Krida Tri Wahyuli, Fazrul Falaq (Sekolah Vokasi), Muhammad Hasani dan Ababil Ababil (FMIPA) dengan dosen pendamping Dina Fitriana Rosyada.
Smart Massage Tools merupakan alat edukasi refleksiologi berbentuk kaki dengan tombol-tombol titik saraf yang tersebar pada telapak kaki dimana masing-masing tombol dapat mengeluarkan audio penjelasan medis terkait titik saraf yang ditekan pengguna.
Smart Massage Tools berfungsi untuk meningkatkan kompetensi penyandang tunanetra dalam belajar refleksiologi khususnya dalam menemukan titik-titik saraf yang tepat beserta informasi medis pada telapak kaki.
“Pijat refleksi merupakan salah satu pekerjaan yang biasanya ditekuni penyandang tunanetra. Keterbatasan visual yang mereka alami tentu menjadi hambatan dalam menemukan titik-titik saraf pijat refleksi yang tepat agar pemijatan yang diberikan memiliki efek kesembuhan yang tinggi”, ujar Krida Tri Wahyuli dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Rabu (25/8/2021).
Dia menjelaskan Smart Massage Tools karya mahasiswa UGM ini mampu menjadi solusi terhadap permasalahan di atas karena prototype ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya memiliki bentuk dan tekstur menyerupai kaki manusia, terintegrasi dengan sistem mikrokontroler yang mampu mengeluarkan audio edukasi titik-titik saraf, bersifat portabel serta mudah digunakan.
“Prototype ini telah didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual yang meliputi Hak Paten, Desain Industri dan Hak Cipta,” katanya.
Dia menjelaskan sampai saat ini belum terdapat alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pelatihan ilmu pijat refleksi atau disebut dengan istilah refleksiologi. Kegiatan pelatihan biasanya dilakukan menggunakan kaki asli sehingga bergantian antarpeserta sehingga proses edukasi tersebut hanya dapat dilaksanakan secara bersama-sama dan membutuhkan instruktur.
Di era pandemi Covid-19 saat ini kegiatan pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) pijat refleksi otomatis tutup. Sementara cara paling optimal untuk pelatihan hanya dapat dilakukan dengan kegiatan pelatihan refleksiologi secara daring.
“Itu pun saya kira penuh dengan keterbatasan baik dari metode daringnya maupun efektivitas pemahaman yang diterima penyandang tunanetra. Melihat kondisi tersebut, Smart Massage Tools tentu merupakan media edukasi yang tepat untuk digunakan sebagai solusi keterbatasan proses belajar akibat pandemi Covid-19 ini,” ucap Krida.
Editor: Ainun Najib