Masuk Awal Kemarau, BPBD Kulonprogo: 6 Kecamatan Berpotensi Kekeringan
KULONPROGO, iNews.id – Sejumlah wilayah di DIY mulai memasuki awal musim kemarau pada bulan Mei ini. Terkait hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulonprogo memprediksi potensi bencana kekeringan melanda 13 desa yang tersebar di enam kecamatan wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Ariadi mengatakan, penanganan bencana saat ini akan ditangani sementara oleh tim Tagana dan dinas sosial (Dinsos). Kendati demikian, antisipasi dampak kekeringan terus diintensifkan pihaknya.
"BPBD baru akan mendistribusikan atau menangani bencana kekeringan setelah ada status tanggap bencana. Selama masih belum mendesak dan bisa ditangani dinsos serta Tagana, BPBD belum akan bertindak. Untuk itu, kami akan intensifkan koordinasi dengan dinsos dan Tagana mengantisipasi kekeringan di Kulonprogo," ujarnya, Minggu (12/5/2019).
Dia mengatakan, penanganan bencana menggunakan anggaran tidak terduga yang disediakan Pemkab Kulonprogo sebesar Rp3,6 miliar. Namun anggaran tersebut telah digunakan sekitar Rp450 juta untuk penanganan darurat bencana Badai Savana, beberapa waktu lalu.
"Anggaran tidak terduga bisa digunakan semua organisasi perangkat daerah (OPD) dalam melakukan penanganan darurat. Melihat kondisi keuangan saat ini, kami yakin dapat mengatasi masalah bencana kekeringan," katanya.
Ariadi mengungkapkan, potensi bencana kekeringan sering melanda enam kecamatan, yakni Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh, Nanggulan dan Sentolo. Dari keenam kecamatan tersebut, terdapat 13 desa yang menjadi langganan kekeringan.
Di mana pada 2018, sedikitnya 7.000 kepala keluarga (KK) dari 109 dusun mengalami krisis air. Ratusan dusun itu berasal dari 23 desa yang ada di delapan kecamatan, yakni Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Panjatan.
"Kami berharap wilayah kekeringan di Kulonprogo tidak meluas. Semoga masih ada hujan yang mengguyur," tuturnya.
Editor: Donald Karouw