Melihat Sistem Apung ala UMY, Solusi Tanam Padi di Lahan Gambut

Sistem ini, lanjut dia, sudah mereka terapkan di lahan gambut yang ada di Kalimantan. Bahkan sudah dua kali masa panen. Hasilnya memang belum seperti tanaman padi di lahan biasa, namun setidaknya bisa menjadi solusi di lahan marjinal. "Kalau kemarin Kalimantan udah lumayan 2,4 sampai 5 ton perhektarnya," katanya.
Rektor UMY Prof Dr Ir Gunawan Budiyanto mengatakan, setiap tahun Indonesia kehilangan lahan subur sebanyak 1.400 hektare di Pulau Jawa. sehingga pemerintah harus mencari alternatif luas lahan yang lain untuk tanaman pangan. "Kebetulan yang paling banyak tersedia itu kan lahan marginal lahan yang tidak subur," kata dia.
Sehingga dia menyebut ada dua persoalan lahan di tanah air. Di mana lahan produktif di Jawa sudah banyak berkurang dan ada lahan marginal atau lahan yang kurang subur termasuk lahan gambut berada di luar pulau Jawa.
"Salah satu ciri lahan gambut itu pada umumnya adalah kondisinya yang selalu tergenang dan dipengaruhi oleh oleh pasang surut air laut dan juga air sungai," kata dia.
Oleh karena itu, UMY lantas berupaya mencari solusi bagaimana lahan marjinal seperti lahan gambut tersebut tetap bisa ditanami padi. Lantas melalui sebuah penelitian yang berkelanjutan akhirnya mereka mampu menciptakan sistem tanam padi terapung dengan menggunakan rakit.
"Sistem ini sebenarnya sudah dikembangkan sebelumnya di Pekalongan Jawa Tengah. Hanya saja di sana ada kelemahan karena tidak menggunakan bahan dari lokal dan bahannya habis pakai. Kalau rusak ya sudah tidak bisa diapa-apain harus ganti yang baru. Kalau kita kembangkan dengan potensi lokal, misalnya rakitnya menggunakan bambu," ujar dia.
Dengan sistem tanam padi terapung ini, pihaknya mampu memberi solusi kepada masyarakat yang berada di lahan marjinal. Mereka tidak lagi kesulitan mendapatkan beras karena bisa menanamnya sendiri. Padahal biasanya untuk membeli beras, mereka harus menjual ubi atau bahkan memotong pohon.
Editor: Ainun Najib