Menikmati Cahaya Surga di Goa Jomblang Gunungkidul
GUNUNGKIDUL, iNews.id- Goa Jomblang, sebuah destinasi yang cocok bagi petualang yang suka menyusuri gua (caver). Gua yang oleh masyarakat sekitar dikenal dengan sebut Luweng Grubug ini memiliki sesuatu yang spesial dan lain dibanding dengan gua-gua yang lain.
Goa Jomblang mungkin merupakan satu-satunya gua di dunia yang mempunyai pintu masuk vertikal dan dipenuhi cahaya mentari. Cahaya mentari yang tembus sampai ke dasar pertama gua inilah yang sering disebut sebagai 'cahaya surga'.
Goa Jomblang berada di Dusun Jetis Wetan Kelurahan Panjangrejo Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Kalau dari pusat Kota Wonosari jaraknya sekitar 10 kilometer atau ditempuh selama 15 menit dan perlu waktu 1,5 jam ketika berangkat dari Jogja.

Goa Jomblang merupakan gua vertikal yang dilindungi dan bukan sembarang orang bisa mengunjunginya. Orang yang harus memiliki fisik kuat yang diperkenankan masuk. Tak hanya itu, pengelolapun berusaha menjaga kelestariannya dengan membatasi jumlah pengunjung.
Pemilik Jomblang Resort, Cahyo Alkantana mengenal Goa Jomblang pertama kali sekitar tahun 1995 lalu. Saat itu, banyak pohon-pohon besar di tebang untuk bahan bakar karena pada waktu itu harga minyak tanah mahal. "Saat itu terbengkalai. Hanya banyak semak belukar," tutur dia.
Namun saat itu Cahyo terpesona dengan keindahan Gua Jomblang baik dari sisi arstitiknya maupun sinar over of light. Sinar over of light inilah sering disebut wisatawan sebagai cahaya surga yang hanya ada satu di dunia dan sangat cantik sekali.

Guna melindungi sekaligus memberi penghidupan masyarakat sekitar tanpa merusak lingkungan, maka konsep ekowisata dipilihnya. Goa Jomblang dikemas menjadi ekowisata bukan wisata massal atau mass tourism yang berwawasan lingkungan.
"Kami mengemas wisata dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan," katanya.
Untuk mewujudkan konsepnya ini, tantangan awal yang harus dihadapinya dulu adalah menghutankan kembali kawasan tersebut. Baru kemudian membuat fasilitas pendukung agar wisatawan nyaman dan menikmati wisata ini.
Menurutnya, dia harus membuat agar wisatawan dapat menuruni tebing dan menyusuri gua dengan mudah agar semua orang bisa menikmati dari anak-anak hingga yang berusia lanjut. Wisata yang nyaman dengan pendekatan adventure-nya harus ada satu paket yang tentunya tidak mudah dikemas.
Saat itu, dia tertantang untuk merintis Goa Jomblang tersebut. Dia tertarik mengelola Jomblang sebagai ekowisata karena keprihatinannya terhadap kerusakan lingkungan di Gunungkidul. Kawasan karst ini sejak dahulu sudah di tambang hingga di sekitar gua-gua sehingga sangat rawan, bahkan ditakutkan rusak dan runtuh gua-gua yang memiliki potensi wisata.
Pengelola sekaligus instruktur Gua Jomblang, Kurniawan Adhi Wibowo menambahkan mayoritas wisatawan yang datang bertujuan penelitian baik dari dalam maupun luar negeri yang ingi mendalami karakteristik guanya itu sendiri hingga kehidupan hayati dan hewani di dalamnya yang cukup beragam. Sebelum melihat lebih dekat ke gua, penjelajah biasanya istirahat dulu di Jomblang Resort yang awalnya dibangun untuk para peneliti. Tapi sekarang, resort itu bisa juga digunakan para wisatawan.
"Masyarakat setempat, Gua Jomblang disebut juga Luweng Jomblang. Gua vertikal bertipe collapse doline ini terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu," ujar pemuda yang akrab disapa Pithik ini.
Pithik menceritakan runtuhan tersebut membentuk sinkhole atau sumuran yang dalam bahasa Jawa disebut Luweng. Karenanya, gua yang memiliki luas mulut gua yang berdiametersekitar 50 meter itu sering disebut dengan nama Luweng Jomblang Karena berupa gua vertikal, para caver harus melalui tahap yang paling mendebarkan. Di sinilah dibutuhkan keberanian, karena untuk masuk gua harus mampu teknik tali tunggal atau single rope technique (SRT).
"Bagi para wisatawan dan caver di sini wajib gunakan peralatan khusus SRT set yang terdiri dari seat harness, chest harness, ascender, auto descender, footloop, dan lainnya. Untuk pelengkap ada coverall, sepatu boot, dan headlamp,” ucapnya.
Sebelum menuruni tebing, Pithik terlebih dahulu menjelaskan mengenai sekelumit Goa Jomblang dan peraturan yang harus ditaati caver demi keselamatan dan keamanan. Di bawah instruksinya setelah para caver memakai peratalan standar SRT set, satu persatu caver turun ke dasar gua dengan total kedalaman 80 meter.
Editor: Ainun Najib