get app
inews
Aa Text
Read Next : Dosen ASN ISI Yogyakarta Demo di Gedung Rektorat, Tuntut Tukin Segera Dibayar

Parah, Ruang Publik di Yogyakarta Tercemari Sampah Visual

Kamis, 27 April 2023 - 18:15:00 WIB
Parah, Ruang Publik di Yogyakarta Tercemari Sampah Visual
Sampah visual telah mengganggu keindahan kota di Yogyakarta. (foto; MPI/Erfan erlin)

YOGYAKARTA, iNews.id - Iklan politik dan iklan komersial telah memenuhi ruang publik yang mencemari keindahan Kota Yogyakarta. Kondisi ini harus disikapi agar sampah visual tidak menjadi teroris visual. 

Dosen Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Sumbo Tinarbuko mengatakan, ketidaktertiban visual, kesemrawutan visual dan hadirnya sampah visual iklan politik dan iklan komersial memerankan diri sebagai teroris visual di ruang publik. Kondisi ini ditenggarai menjadi wujud ketidakmampuan pemerintah mengendalikan estetika dan ekologi kota. 

Pemerintah juga dinilai abai menghadirkan kemerdekaan visual dan memberikan hak kemerdekaan visual bagi warga masyarakat penghuni kota di Yogyakarta.

“Tanpa disadari, Yogyakarta kini sudah dipenuhi sampah-sampah visual. Alat pariwara ini memang mendatangkan retribusi bagi pemerintah melalui pendapatan daerah, namun, tidak sedikit pula alat peraga iklan yang justru terpasang ilegal di ruang-ruang publik di Yogyakarta,” kata Sumbo.

Pemerintah telah berusaha mengurangi sampah-sampah visual ilegal ini dengan melakukan penataan dan pembersihan. Namun kondisi ini tidak bertahan lama dan sampah visual baru kembali muncul di ruang publik.

Menurut Sumbo, ruang publik di DIY seperti gula dengan kualitas istimewa. Dalam konteks kapitalisasi ruang publik, jutaan semut dengan berbagai jenis dan ukuran, menyerbu daerah warisan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 

"Ruang publik di Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul sering disebut sebagai trio wilayah seribu kunang-kunang iklan luar ruang,” katanya.

Kondisi ini hampir sama dengan kondisi di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul. Dua kabupaten ini ibarat gadis cantik tumbuh mekar yang selalu dikerubuti tawon untuk dihisap manis madunya. 

Menurutnya, sampah visual berisi informasi maupun promosi yang bersifat komersial (barang dan jasa) maupun politik (partai politik, bendera parpol, calon anggota dewan, calon bupati, walikota, gubernur dan presiden). Hal ini menunjukkan bahwa sampah visual bukan lagi jadi persoalan sepele.

"Fenomena semacam itu muncul sebagai konsekuensi logis dari kondisi pasar kapitalisme global yang semakin hiper kompetitif. Dalam konteks ini, persaingan pasar berlangsung dengan memanfaatkan pengetahuan, informasi, teknologi dan media komunikasi visual," katanya 

Sumbo menyebut, dampak visual fenomena ini menjadikan tembok bangunan heritage, sekolah, rumah sakit bahkan rumah ibadah menjadi galeri terbuka sebagai ruang untuk memasang, menempel iklan luar ruang yang bersifat komersial. Tidak hanya itu, tiang telepon, listrik, lampu penerang jalan dan tiang rambu lalu lintas juga menjadi lokasi menempel iklan. 

Editor: Kuntadi Kuntadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut