KABUL, iNews.id - Ratusan warga Inggris diperkirakan masih tertinggal di Afghanistan. Padahal, Sabtu (28/8/2021) pasukan Inggris mengakhiri evakuasi warga mereka dari negara yang kini dikuasai Taliban tersebut.
Banyak warga Afghanistan yang tidak dapat pergi ke Kabul. Alasannya, mereka menilai terlalu berbahaya untuk melakukan perjalanan menuju Kabul.

Update Corona DIY: Pasien Sembuh Covid-19 Jadi 129.940 Kasus
"Kami menerima pesan dan teks dari teman-teman Afghanistan yang sangat menyedihkan. Kami menjalani ini dengan cara yang paling menyakitkan," kata Kepala angkatan bersenjata Inggris, Jenderal Nick Carter.
Inggris merupakan sekutu utama Amerika Serikat sejak awal invasi pimpinan negara adidaya itu ke Afghanistan pada 2001. Saat itu, invasi negara barat berhasil menggulingkan Taliban yang berkuasa saat itu.

UAD Wisuda 478 Lulusan Secara Daring, Rektor : Sarjana Baru Harus Tambah Skill
Carter mengatakan, Inggris dan sekutunya mungkin bekerja sama dengan Taliban di masa depan untuk mengatasi ancaman dari kelompok militan Negara Islam. Kelompok itu, musuh kedua negara Barat dan juga Taliban.
Kelompok tersebut bertanggung jawab atas bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis yang menewaskan puluhan orang, termasuk 13 anggota militer AS.

Balas Dendam 13 Tentaranya Tewas, Amerika Serang Persembunyian Tokoh ISIS dengan Drone
"Jika Taliban mampu menunjukkan bahwa mereka dapat berperilaku seperti pemerintah normal, akan berperilaku dalam kaitannya dengan ancaman teroris, kita mungkin menemukan bahwa kita beroperasi bersama-sama," kata Carter.
Inggris mengatakan akan membantu penerbangan sewaan pribadi untuk mengevakuasi anjing dan kucing milik badan amal penyelamatan hewan yang dijalankan oleh mantan tentara Inggris, Paul Farthing, yang penderitaannya menarik perhatian publik luas di Inggris.
Editor: Ainun Najib













