Ribuan STB Gratis Belum Terdistribusi di Bantul dan Gunungkidul, Ada Warga Menolak karena Takut Ditipu
BANTUL, iNews.id- Pembagian STB gratis dari pemerintah untuk wilayah Bantul dan Gunungkidul masih belum selesai dilakukan. Kendati target 6 November 2022 telah ditetapkan untuk pembagiannya, namun sampai saat ini masih ribuan STB yang belum terbagi.
Koordinator Pembagian STB Bantul dan Gunungkidul dari salah satu vendor, Bambang Wicaksono mengungkapkan, perusahaannya mendapatkan jatah membagikan STB untuk wilayah Bantul dan Gunungkidul.
Untuk Bantul, pihaknya diminta membagikan sebanyak 24.256 buah dan Gunungkidul sebanyak 15.970 buah.
Namun berdasarkan alokasi dari Kominfo sebenarnya Bantul mendapatkan jatah sebanyak 29.367 buah dan Kabupaten Gunungkidul 17.744 buah. Sehingga total dua kabupaten ini mendapat alokasi 47.111 buah.
"Untuk Sleman, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta kami tidak mendapat jatah," ujar dia, Jumat (11/11/2022).
Hingga akhir Oktober 2022 yang lalu pihaknya telah menyelesaikan penginstalan sebanyak 22.556 rumah tangga dan Kabupaten Gunungkidul 15.295 rumah tangga. Jumlah tersebut mencapai 80 persen dari jatah yang mereka harus bagikan.
Dari pemerintah memang memberi tenggat sampai tanggal 6 November 2022 yang lalu. Dan secara keseluruhan STB yang telah terbagi di Bantul dan Gunungkidul telah mencapai 41.214 buah. Masih ada 5.908 STB yang belum dibagikan dari 47.111 buah dari kewajiban mereka.
"Ada beberapa permasalahan teknis di lapangan sehingga belum terbagi semua," kata dia.
Dia menambahkan berdasarkan instruksi dari Kominfo pusat ada surat resmi batas distribusi STB. Pihaknya Vendor harus selesai pada hari 6 November 2022 yang lalu. Hal tersebut untuk bahan evaluasi berapa STB yang tidak terdistribusi.
Evaluasi tersebut adalah bahan untuk pembayaran insentif installer yang sudah disetujui atau sudah benar oleh Kominfo. Juga sekaligus pembetulan laporan STB yang rusak.
Bambang menambahkan STB tersebut tidak terdistribusi karena penerima pindah alamat, merantau, meninggal dunia tetapi tidak punya ahli waris, rumah tidak ditemukan, rumah kosong. Sampai saat ini pihaknya masih berupaya untuk menyelesaikannya.
"Kendala kami di lapangan itu ada penerima menolak, takut penipuan, tidak ada sinyal, listrik mati dan rumah kosong. Untuk listrik mati dan rumah kosong kami harus datang kembali itu tentu rugi waktu," ujarnya.
Sebenarnya jumlah tersebut belum mencukupi untuk jatah yang seharusnya yaitu keluarga sangat miskin, rentan muskin dan miskin. Contohnya di Gunungkidul sebenarnya mencapai sekitar 150.000 keluarga miskin namun dari pusat alokasinya tidak seperti kebutuhan.
Sebenarnya, lanjut dia dari yang dikhawatirkan nantinya adalah nanti ketika TV analog diputus pasti ada gejolak seperti di Jakarta dan sekitarnya. Saat ini di DIY memang belum ada gejolak karena yang diputus baru TVRI.
Editor: Ainun Najib