WASHINGTON, iNews.id - Pemerintah Rusia tengah bersiap untuk mengelar referendum di wilayah Ukraina yang berhasil mereka kuasai. Rencana referendum ini mendapat penokajan keras dari Amerika Serikat (AS).
AS juga mengklaim jika komunitas internasional tidak akan menganggap pemilihan seperti itu sah.

Mobil Sedan Tabrak Andong di Malioboro, Kerugian Capai Rp50 Juta
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, Rabu (24/8/2022) mengatakan referendum akan digelar dalam hitungan hari atau minggu. "Referendum pertama dapat diumumkan segera setelah akhir minggu ini," katanya.
Moskow telah menginstruksikan para pejabat untuk memulai persiapan di daerah-daerah Ukraina yang berada di bawah kendalinya. Wilayah yang dimaksud di antaranya, Kharkiv, Kherson, Zaporizhia, sebagian Donetsk dan Luhansk.

Sukses Olah Daun Kelor, Warga Bantul Beromzet Belasan Juta Rupiah per Bulan
"Kami menduga, Rusia mencoba memanipulasi hasil referendum ini dengan klaim palsu bahwa orang-orang Ukraina yang ingin bergabung dengan Rusia. Sangat penting untuk menyerukan dan melawan disinformasi ini secara real time," kata Kirby.
AS menilai, pejabat Rusia sebenarnya menyadari apa yang mereka lakukan akan kekurangan legitimasi. Referendum tidak akan mencerminkan keinginan rakyat.

Dikenali dari Nopol Motor, Pencuri Laptop di Yogyakarta Ditangkap Polisi
"Rakyat Ukraina, dalam setiap referendum yang bebas dan adil, akan sangat menentang bergabung dengan Rusia," tambahnya.
Komentar itu muncul setelah AS mengumumkan bantuan militer tambahan sebesar 3 miliar dolar untuk pasukan Kiev saat Ukraina memperingati Hari Kemerdekaannya. Menurut Pentagon, paket tersebut mencakup sistem rudal permukaan-ke-udara, roket berpemandu laser, drone Puma, dan senjata kontra-drone VAMPIRE.
Editor: Ainun Najib












