Mengenal Sejarah Bubur Asyura yang Disajikan tiap 10 Muharram, Ini Maknanya
وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. (QS. Hud: 41).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan maksud ayat tersebut yakni dengan menyebut nama Allah, ia (Nuh) dapat berlayar di atas air, dan dengan menyebut nama Allah pula ia dapat berlabuh di akhir perjalanannya.
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. (Hud: 42) Maksudnya, bahtera itu berlayar membawa mereka di atas permukaan air yang telah menggenangi semua daratan di bumi, yang ketinggiannya sampai menutupi puncak-puncak gunung yang tertinggi, dan lebih tinggi lima belas hasta darinya.
Menurut pendapat lain, tinggi banjir besar itu mencapai delapan puluh mil. Bahtera Nabi Nuh itu berlayar di atas permukaan air dengan seizin Allah dan dengan pengawasan, pemeliharaan, penjagaan, dan karuniaNya.
Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12).
Bubur Asyura ternyata bukan sekadar bubur biasa. Sebab, ada makna di baliknya. Bubur Asyura merupakan lambang rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh dalam waktu setahun. Selain itu, memohon keberkahan dan keselamatan lahir batin dunia akhirat setahun yang akan datang
Bubur Asyuro juga merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.
Makna Bubur Asyura juga untuk mempererat silaturahmi, mendoakan alam dan seisinya, khususnya untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Al-Qamar: 13-15)
Editor: Kastolani Marzuki