Sempat Ditutup, Ponpes Al Fatah Dibuka Lagi untuk Perdalam Ilmu Agama bagi Waria
BANTUL, iNews.id – Bulan Ramadan menjadi momen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. Banyak masyarakat memperdalam ilmu agama di pondok pesantren (ponpes). Hal itu juga dilakukan para waria di Yogyakarta di Ponpes Waria Al Fatah, yang ada di Jagalan, Banguntapan Bantul.
Ponpes ini berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Untuk sampai ke ponpes ini harus melewati gang kecil yang hanya cukup dilewati sepeda motor. Saat ini ada puluhan waria dari berbagai kota di Indonesua nyantri di tempat ini mereka belajar agama dan memperdalam ilmu agama.
Ponpes ini dikelola oleh Sinta Ratri, waria yang sudah berusia 59 tahun. Memanfaatkan rumah kuno peninggalan orang tuanya dia mendirikan ponpes ini sejak 2008. Hanya saja pada 2016 ponpes ini sempat ditutup karena dianggap tidak berizin dan bertentangan dengan nilai Islam.
Namun, banyaknya dukungan dari berbagai pihak yang menaruh simpati, ponpes ini kembali beraktivitas. Bahkan mendapatkan bantuan tenaga pengajar dan pembimbing agama dari kalangan perguruan tinggi Agama Islam dan sekolah ilmu Al Quran di Yogyakarta.
“Sebelum pandemi ponpes ini banyak dikunjungi waria yang ingin belajkar agama. Sekarang proses belajarnya secara daring,” kata pengasuh Ponpes Al Fatah, Sinta Ratri, Senin (26/4/2021).
Selama bulan Ramadan aktivitas belajar agama secara tatap muka hanya dilakukan dua kali dalam sepekan, pada hari Rabu dan Minggu. Kegiatan dilaksanakan selepas Salat Ashar hingga Maghrib. Itu pun dengan mengedepankan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Selama puasa, kegiatan diisi dengan pengajian, belajar membaca Al Quran dengan dibimbing ustas dari perguruan tinggi Islam. Menjelang berbuka, juga diberikan siraman rohani dari beberapa ulama dan tokoh agama yang bersimpati dengan para waria.
Seorang waria asal Sulawesi Rully Malay mengaku senang bisa belajar memperdalam ilmu agama di Ponpes ini. Dirinya banyak diberikan kesempatan untuk belajar agama dan beribadah secara nyaman.
“Kami juga mendapat fasilitasi sarana beribadah untuk kelompok yang secara identitas gender termarginalkan,” kata Rully.
Editor: Kuntadi Kuntadi