Turunkan Stunting di Gunungkidul, BKKBN Canangkan Program KIE 1.000 Hari Pertama Kehidupan
GUNUNGKIDUL, iNews.id - Kasus sunting di Kabupaten Gunungkidul mencapai 23,6 persen atau yang tertinggi di Provinsi DIY. BKKBN DIY berkolaborasi dengan Pemkab Gunungkidul melakukan Promosi dan KIE Pengasuhan 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dalam untuk mempercepat penurunan stunting, Rabu (1/3/2023).
Perwakilan BKKBN DIY, Koordinator Bidang KSPK Widiastuti Susani Anggraeni mengatakan, BKKBN mendapatkan prioritas dalam program pencegahan angka stunting. Salah satunya dengan program KIE Pengasuhan 1.000 HPK pada anak balita.
"Perlu adanya perbaikan gizi, pengasuhan sehat serta lingkungan yang baik untuk menekan angka stunting," kata dia.
Berdasarkan data prevalensi balita stunting di Gunungkidul mencapai 23,6 persen naik 2,9 persen. angka ini menjadi yang tertinggi di DIY. Untuk itulah perlu mendapat dukungan seluruh pihak dengan sinergitas pentahelix.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto mengatakan, tingginya kasus stunting perlu mendapat perhatian bersama. Perlu ada upaya intervensi dan evaluasi terhadap program untuk menurunkan angka stunting.
"Banyak hal yang harus dilakukan untuk menekan stunting ini," kata dia.
Menurutnya, tingkat ekonomi sangat memengaruhi penanganan stunting, karena terkait dengan pemenuhan asupan gizi dan kesehatan untuk balita dan ibu hamil. Dengan Indeks Pembangunan Manusia yang hanya diangka 70, ini sudah menunjukkan jika tingkat ekonomi juga mempengaruhi asupan gizi manusia.
“Momentum ini harus dijadikan untuk perbaikan dan percepatan dalam mengatasi stunting,” ujarnya.
Koordinator Program Manajer Satgas Percepatan Penurunan Stunting DIY Asteria Heny Widayati mengatakan, berdasarkan data tindakan preventif tertinggi dilakukan oleh Kapanewon Tepus dan Kapanewon Karangmojo. Hanya saja Kapanewon Karangmojo juga tertinggi dalam keluarga beresiko stunting.
"Di Gunungkidul ada 3 Kapanewon dengan keluarga beresiko stunting di Karangmojo, Semanu dan Saptosari. Sedangkan yang terendah yakni Panggang, Patuk dan Wonosari," ujarnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi