UGM Kembangkan Bahan Pewarna Alami dari Limbah Kayu Merbau di Papua
Sebagai ketua tim, Edia mengatakan selama ini limbah kayu ini belum dimanfaatkan. Oleh sejumlah perusahaan hanya dibuang sehingga menimbulkan masalah lingkungan.
Melalui pendanaan dari Kemendikbud pihaknya telah mengirim alat untuk miniplant ini bersumber dari Program Dana Padanan atau Matching Fund ke Papua. Tahun 2021 Batch 9 Kedaireka DIKTI dan dilaksanakan dengan pengawalan Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM dan dana dari mitra. Pihaknya telah memproduksi alat untuk pengolahan serbuk alami tersebut yang dikelola oleh CV Karui Jayapura.
“Serbuk pewarna alami ini bisa mencapai 1,4 kuintal per hari karena bahan baku melimpah,” katanya.
Edia berharap serbuk pewarna alami ini kembangkan ke tahap komersialisasi agar bisa digunakan oleh perajin batik, industri tekstil dan mendukung program SDGs.
“Pewarna alam juga bisa diambil dari tanaman indigofera, limbah kakao, limbah sawit, dan limbah kulit kayu mangrove,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi