Wabah PMK Berdampak terhadap Produksi Susu Sapi di Boyolali Turun, Begini Kondisinya
BOYOLALI, iNews.id - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengakibatkan populasi sapi perah menurun. Kondisi ini berdampak terhadap penurunan produksi susu.
Kepala Bidang Usaha Peternakan dan Kesmavet, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Gunawan Andriyanta mengatakan, wabah PMK berdampak terhadap perekonomian rakyat. Selama ini warga memelihara sapi perah untuk diambil susunya, namun banyak yang mati, dipotong paksa dan harga jualnya turun.
“Sapi perah yang sembuh produksi susunya juga menurun. Ini sangat merugikan peternak,” katanya pada vaksinasi ternak yang digelar PT Sarihusada Generasi Mahardhika bersama Satgas PMK UGM dan LSM di Dukuh Banyusri, Kelurahan Jemowo, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (27/12/2022).
Menurutnya, produksi susu pada 2021 sebanyak 51,56 juta liter. Sedangkan populasi sapi perah turun dari 94.698 ekor menjadi 62.387 ekor sehingga berdampak terhadap pasokan bahan baku susu.
Permasalahan PMK juga sudah ditindaklanjuti oleh Pemkab Boyolali melalui Puskeswan dengan melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) hingga pelaksanaan vaksinasi. Vaksinasi kali ini dilakukan dengan melibatkan 19 tenaga kesehatan.
“Kami apresiasi dukungan semua pihak dalam mendukung kesehatan ternak,” ujarnya.
Ketua Satgas PMK UGM, Aris Haryanto mengatakan, PMK merupakan penyakit menular pada hewan yang paling ditakuti peternak. Penanganan harus dilakukan dengan pendekatan pentahelix (kolaborasi antara akademisi, pemerintah, swasta, media dan masyarakat).
Menurutnya, Sarihusada telah mengembangkan Program peningkatan mutu susu (PMS) bersama UGM sejak 1991. Mereka melakukan pengembangan dengan pola kemitraan lingkar Merapi di Boyolali, Sleman dan Klaten. Program ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, dengan mendorong peternak menghasilkan susu yang memenuhi standar kualitas industri susu.
“Peternak diberikan pengetahuan dan inovasi terkini melalui Kampus Peternak, dan studi banding ke lokasi lain untuk menambah wawasan,” kata pria yang menjabat Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Fakultas Kedokteran Hewan UGM ini.
Sustainable Development Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo mengatakan, dukungan kepada peternak untuk mengatasi wabah PMK sejalan dengan visi perusahaan bahwa kesehatan masyarakat tidak bisa dipisahkan dari kesehatan lingkungan.
“Kami memiliki komitmen untuk tumbuh dan berkembang bersama peternak lokal. Bukan hanya untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu segar, namun juga membantu meningkatkan kesejahteraan peternak,” katanya.
Editor: Kuntadi Kuntadi