Indah Choirunnisa bersama kedua orang tuanya usai diwisuda dengan predikat Cumlaude di UGM. (foto: istimewa)

Rasa was-was sempat menghinggapi dirinya apakah mampu mendampingi anaknya hingga lulus. Karena pandemi sempat membuat usaha loper korannya terdampak dan mengalami penurunan. Pelanggannya turun menjadi sekitar 300 orang. 

"Di samping pandemi, penurunan pelanggan koran ini juga imbas dari digitalisasi yang belakangan juga terjadi," katanya.

Karenanya, ia mencoba untuk menambah jenis dagangannya. Dia kini juga mencoba menjual kayu bakar, arang dan juga madu. Semua itu ia lakukan agar anaknya bisa menyelesaikan pendidikan.

Muryadi mengaku sangat terbantu ketika Indah kuliah di UGM. Karena Indah diterima di UGM melalui program Bidik Misi. Sehingga ia mendapat beasiswa gratis selama kuliah di samping juga biaya hidup setiap sebulan sekali.

Meskipun gratis biaya kuliah, namun yang paling berat dirasakannya adalah untuk biaya kos, biaya makan dan biaya lain-lain. Biaya kos di seputaran UGM per bulan mencapai Rp450.000. 

"Itu baru kos sajam belum biaya lain-lain," katanya.

Ia mengaku tidak memiliki usaha lain kecuali loper koran dan berjualan kayu bakar serta arang. Untuk biaya pendidikan anaknya dan makan sehari-hari semuanya dari loper koran tersebut. Namun ia bersyukur selama ini tidak pernah merasa kekurangan.

Sejak tahun 1996, Muryadi mulai merintis sebagai loper koran. Masih ingat di benaknya kala itu, dengan modal yang sangat minim ia mencoba membuang malu berjualan koran. Saat itu, uangnya hanya cukup untuk membeli koran sebanyak 12 eksemplar.


Editor : Kuntadi Kuntadi

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network