Dia mencoba menjajakan koran dari rumah ke rumah dan kantor ke kantor. Selepas sholat subuh, ia mengayuh sepedanya mengelilingi kota Wonosari untuk mengantarkan dan mencari pelanggan koran yang dia miliki.
"Alhamdulillah pelanggan koran kami semakin banyak," ujarnya.
Kini, hampir semua Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Pemerintah Daerah (Pemda) Gunungkidul telah menjadi pelanggannya. Bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda, Muryadi mengaku memiliki pelanggan sebanyak 500 orang.
Beragam koran dari media memang ia jual semuanya berdasarkan kesenangan pelanggan. Melalui loper koran inipula ia mengaku hampir semua pejabat di Gunungkidul ia kenal. Mulai level terbawah hingga maksimal asisten bupati ia kenal.
"Dulu sewaktu bupatinya Bu Badingah dan Bupati sebelum-sebelumnya semua saya kenal. Bahkan Bu Badingah sering memanggil saya ke rumah beliau," katanya.
Indah sendiri mengaku tidak malu dengan profesi bapaknya. Ia sangat berterimakasih dengan kedua orangtuanya yang telah berjuang untuk membiayainya kuliah. Ia tidak mempermasalahkan ketika harus berangkat sendiri ke sekolah jalan kaki.
"Bapak sudah berangkat selepas subuh sementara ibu sibuk mempersiapkan segala keperluan ia dan adiknya. Jadi saya berangkat sekolah sendiri, jalan kaki. Tapi tidak masalah karena saya tahu perjuangan bapak ibu sudah sangat keras untuk kami," ujarnya.
Ia tahu penghasilan orangtuanya sebagai loper koran tidak terlalu besar. Maka ia berusaha untuk membantu orangtua selama kuliah agar tidak terlalu terbebani akan biaya pendidikannya, Indah mengaku sering menjadi 'joki' tugas-tugas kuliah teman-temannya.
"Saya juga sering menerima jasa pembuatan dan penyelesaian skripsi," ungkapnya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait