Metode lain yang dapat diterapkan untuk data satelit citra radar adalah InSAR (Interferometric Synthetic-Aperture Radar). Metode ini memberikan gambaran deformasi secara 3 dimensi dari perubahan fase gelombang radar yang dipancarkan ke obyek dan kembali ke satelit. Prinsip kerjanya mirip seperti metode EDM (Electronic Distance Measurements), namun dengan jumlah sinar yang jauh lebih banyak.
Kekurangan dari metode InSAR adalah resolusi yang tidak terlalu tinggi sehingga agak sulit untuk mendapatkan resolusi orde sentimeter pada deformasi di gunung api. Berbeda dengan metode EDM yang bisa mencapai orde milimeter meskipun hanya diukur dari 1 titik. Metode InSAR ini berguna jika ada suplai magma yang besar, sehingga orde deformasinya mampu terekam oleh satelit.
Menyinggung tentang misi pendakian ke Puncak Gunung Merapi, Agus menegaskan metode visual sudah cukup memadai sehingga tidak diperlukan misi ke puncak yang sangat berbahaya.
Hal ini diperkuat dengan kejadian pada Minggu (22/11/2020) saat terjadi guguran dinding kawah di Lava 1954 yang disebut sebagai kejadian luar biasa karena volume yang runtuh cukup besar dan kejadian tersebut merubah morfologi puncak. Agus sangat tidak menyarankan ada misi apapun ke puncak Gunung Merapi meskipun dengan alasan mitigasi karena kondisi saat ini masih sangat berbahaya.
“Masyarakat untuk tetap tenang dan bersabar menghadapi aktivitas Gunung Merapi ini. Kita berikan waktu kepada Gunung Merapi untuk berekspresi karena selama ini sudah memberikan manfaat yang luar biasa kepada kita semua,” ujarnya.
Editor : Ainun Najib
Artikel Terkait