Pada 9 Oktober 1755, proses pembangunan Keraton Yogyakarta dimulai. Selama kurun waktu setahun, proses pembangunan keraton dapat diselesaikan dan selama pembangunan Keluarga Sri Sultan HB I tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang.
"Sri Sultan HB I masuk ke Keraton Yogyakarta pada Kamis Pahing tanggal 13 Suro 1682 atau tanggal 7 Oktober 1756. Peristiwa ini ditandai dengan Sengkalan Memet Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani," papar dia.
Kasultanan Yogyakarta terus mengalami perubahan akibat pengaruh pemerintahan kolonial baik Belanda ataupun Inggris. Kedua negara tersebut pernah melakukan agresi ke wilayah Yogyakarta.
Di laman Kratonjogja.co menyebutkan Tanggal 20 Juni 1812, Inggris berhasil menyerang dan memasuki Keraton sehingga Sri Sultan HB II dipaksa turun tahta. Penggantinya, Sri Sultan HB III dipaksa menyerahkan sebagian wilayahnya untuk diberikan kepada Pangeran Notokusumo atau putera HB I yang diangkat sebagai Adipati Paku Alam I.
Wilayah kekuasaan Paku Alam I meliputi sebagian kecil di dalam ibukota negara dan sebagian besar di daerah Adikarto atau Kabupaten Kulonprogo bagian selatan. Daerah ini bersifat otonom dan dapat diwariskan ke keturunan Pangeran Notokusumo.
“Sejak 17 Maret 1813, Adipati Paku Alam I mendeklarasikan berdirinya Kadipaten Pakualaman,” katanya.
Editor : Kuntadi Kuntadi
Artikel Terkait