Sejarah Tan Dji Sing, Kampung Pecinan Ketandan Yogyakarta menarik untuk disimak. (Foto : Ist)

Ayahnya adalah Demang Kalibeber dan ibunya adalah keturunan Sultan Amangkurat.  Saat Tan Dji Sing masih bayi, ayahnya meninggal dunia. Kemudian, terdapat saudagar Tionghoa bernama Oie The Long dan iba ketika melihat Tan Dji Sing dan memutuskan untuk mengadopsi Tan Dji Sing.

Tan Dji Sing tumbuh dalam didikan Oie The Long dan ia mampu menguasasi tiga bahasa, yaitu Mandari, Hokkien, dan Inggris. Saat tumbuh dewasa, ia bertemen karib dengan Gubernur Raffles.

Tan Dji Sing dipercaya untuk menjadi penghubung antara Sultan Hamengku Buwono III dengan Raffles dan karena jasanya tersebut HB III mengangkatnya sebagai bupati dan ia diberi gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secodiningrat. 

Selain itu, HB III juga menghadiahi tanah serta mengizinkan etnis Tionghoa untuk bermukim di sana. Kawasan itu saat ini berada di kawasan Malioboro. Perubahan komoditas disebabkan pedagang melihat peluang bisnis. Saat ini di Ketandan terdapat 30-an toko emas, jumlah yang relatif berkurang jika dibandingkan dengan awalnya. 

sebelum ramai menjadi pusat penjualan emas, warga Ketandan ternyata bermata pencaharian sebagai pedagang kebutuhan pokok dan jamu. Barulah pada 1950-an berubah jadi kawasan toko emas. Perubahan komoditas, disebabkan pedagang melihat peluang bisnis.


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network