Cerita Polwan Bertugas di Afrika Tengah : Terjebak di Tengah Baku Tembak

Menurut, Ima setibanya di Bangui lokasinya masih tanah lapang, belum ada bangunan untuk camp, sehingga harus membangun dari nol hingga layak huni. Selain itu juga harus bertahan dengan kondisi cuaca yang kerap berubah. Paling tidak selama tiga bulan harus beradaptasi. Apalagi selama misi, harus berhadapan dengan kelompok bersenjata dan setiap wilayah saling berkonflik.
“Ini juga menjadi kerawanan bagi kami. Apalagi tahun 2020 di sana bersamaan dengan pemilihan presiden dan kelompok bersenjata masing-masing memiliki calon presiden, sehingga ini juga menjadi rawan," ujarnya.
Ima menceritakan pengalamannya sempat mendapatkan ancaman dari kelompok bersenjata. Saat itu dirinya bersama rekan-rekannya tengah berpatroli. Tiba-tiba saja mereka mendapat serangan dari kelompok bersenjata. Patroli mereka dihentikan dan kelompok bersenjataitu meminta imbalan secara langsung. Mereka sempat tersandera di dalam mobil tapi dengan komunikasi dan memberikan pengertian ke kelompok bersenjata serta dibantu UN akhirnya mereka dibebaskan.
“Selain itu penyerangan juga sering terjadi. Bahkan kami sempat berada di tengah-tengah kelompok bersenjata yang sedang baku tembak. Tapi semua bisa pulang dengan selamat dan sehat," kata alumni Sepolwan 2013 itu.
Editor: Ainun Najib