Dinding Cagar Budaya Ndalem Mijosastran Retak Diduga Akibat Getaran Alat Berat Proyek Tol Jogja-Bawen

SLEMAN, iNews.id-Dinding rumah limasan cagar budaya Ndalem Mijosastran yang berada di Kalurahan Tirtoadi Kapanewon Mlati Kabupaten Sleman retak. Retaknya dinding tersebut dipicu karena getaran alat berat dari proyek tol Jogja-Bawen.
Tak hanya rumah cagar budaya tersebut yang dindingnya retak, sejumlah rumah lainnya yang berada dekat kawasan proyek tol tersebut juga mengalami hal yang sama. Kerusakan tersebut akibat getaran alat berat yang beroperasi di lokasi proyek tol.
Salah satu keluarga waris keluarga Mijosastro, Widagdo mengungkap, retaknya dinding rumah tersebut kian parah dari waktu ke waktu. Area dinding yang retak pengerjaan proyek yang melibatkan peralatan backhoe, storm dan pengurukan tersebut juga kian bertambah banyak.
Kondisi ini cukup membahayakan karena rumah tersebut masih ditempati. Dia meminta agar segera ada penyelesaian berkaitan rumah cagar budaya yang mereka tempati tersebut. Hal ini penting agar rumah di Padukuhan Pundong II tersebut ambruk menimpa penghuninya. "Saat ini (tahapan itu) masih belum banyak perkembangan berarti," kata dia.
Widagdo menyebut sebenarnya sebulan yang lalu dirinya mendapat informasi jika sudah ada rapat di Kanwil BPN DIY. Di mana kala itu lurah dan panewu setempat turut hadir dalam rapat tersebut.
Dia mendapat kabar jika relokasi akan diadakan musyawarah dengan pemilik cagar budaya. Namun setelah sebulan lebih, ternyata belum ada kepastian bahkan pihak kelurahanpun belum memberitahukan perkembangannya. "Ndak tahu akhirnya bagaimana. Kami berharap agar secepatnya ada penyelesaian," ujarnya.
Dukuh Pundong III, Pekik Basuki, juga mengungkapkan jika berkunjung ke dusunnya maka tidak mendengar ataupun merasakan aktifitas pembangunan jalan tol. Saat ini pekerjaan di lapangan memang sedang vakum dan kalaupun ada pekerjaan bentuknya hanya aktivitas kecil.
"Ya pas kalau ada alat berat beroperasi pasti ada getaran yang cukup terasa sampai radius beberapa ratus meter," kata dia.
Editor: Ainun Najib