YOGYAKARTA, iNews.id - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai demokrasi di Indonesia yang sudah akan mati. Terbukti mereka kesulitan menggelar aksi karena sulit mendapatkan izin dari kepolisian.
Ketua BEM UGM, Gielbran Muhammad Noor mengatakan, demokrasi yang baru seumur jagung sudah dirusak dengan ambisi politik dari segelintir orang yang masih berkuasa. Negara telah melakukan tindakan represif terhadap mereka yang menyuarakan kebenaran.
Demo di Titik Nol Kilometer, Mahasiswa Jateng-DIY Serukan Lawan Politik Dinasti
Tindakan represif juga dirasakan para aktivis di Yogyakarta. Bahkan untuk menggelar aksi di Kawasan Nol Kilometer Yogyakarta ini sulit mendapatkan izin dari kepolisian.
"Itu menjadi wujud dari demokrasi di Indonesia memang sudah akan mati. Baru seumur jagung sudah hampir mati,” ujarnya.

Ribuan Mahasiswa Jogja Gelar Mimbar Demokrasi Lawan Politik Dinasti
Gielbran juga mengkritik program pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur yang telah memunculkan kerugian negara. Proyek ini tidak mampu menarik investasi masuk.
"Ini menjadi wujud bahwa IKN itu menjadi kerugian negara," ujarnya.

BEM PTNU: Tenang Saja Pak Mahfud, Pemuda dan Mahasiswa se-Indonesia Bersama Bapak
Menurutnya para mahasiswa juga jijik dengan politik yang identik dengan anak muda. Apa yang terjadi bukan representasi pemuda. Para mahasiswa tidak mau jika satu orang anak, bahkan anak seorang presiden bisa mengklaim perwakilan seluruh anak muda.
"Sebagai anak muda kita merasa jijik karena apa yang dilakukan Jokowi dengan Gibran itu hal yang paling ironis," ujarnya.
Editor: Kuntadi Kuntadi













