Kematian Pasien Covid-19 di Bantul Tinggi, Dinkes: Akses Perawatan Medis Terbatas
BANTUL, iNews.id – Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mengklaim tingginya kasus kematian pasien Covid-19 karena akses ke rumah sakit rujukan terbatas. Kasus yang tinggi menjadikan tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) di atas 93 persen, sehingga sulit untuk mendapatkan perawatan medis.
“Kematian yang terjadi karena kasusnya banyak, sedangka pasien dengan gejala sedang dan berat tidak mudah mengakses rumah sakit,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharjo di Bantul, Minggu (1/8/2021).
Budi mengatakan pasien dengan gejala sedang ke berat harus mendapatkan penanganan medis di rumah sakit rujukan ataupun di fasilitas kesehatan lainnya. Namun yang terjadi hampir semua rumah sakit rujukan dalam kondisi penuh dengan tingkat BOR di atas 93 persen. Akibatnya, banyak yang terlambat mendapatkan perawatan medis, bahkan ada yang meninggal sebelum mendapatkan perawatan.
Menurutnya, jumlah pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bantul cukup banyak. Setiap hari tim medis harus melakukan triase atau proses penentuan pasien yang mendapatkan prioritas mendapat penanganan lebih dulu di Instalasi gawat Darurat (IGD).
Di sisi lain, banyak pasien yang saturasi oksigennya memburuk dan turun di angka 60-80. Kondisi BOR di atas 93 persen, menjadikan sulit untuk menampung seluruh pasien.
“Tidak mungkin pasien dengan gejala sedang ke berat dirawat di selter. Selter hanya untuk memisahkan orang yang terkonfirmasi positif dan negatif,” katanya.
Keberadaan selter di tingkat kalurahan sampai Kabupaten hanya dipakai untuk isolasi pasien tanpa gejala hingga gejala sedang. Sedangkan untuk pasien yang butuh obat-obatan dan konsentrator oksigen harus ke rumah sakit.
Data Satgas Penanggulangan Covid-19 Bantul kasus positif per Jumat (30/7) tercatat 41.723 orang. Sebanyak 27.130 telah dinyatakan sembuh, dan 963 meninggal. Sedangkan kasus aktif sekitar 13.630 pasien.
Editor: Kuntadi Kuntadi