Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang Tewaskan Seratus Lebih Suporter Bola Viral di China
BEIJING, iNews.id - Video kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim yang menewaskan seratusan lebih supporter bola viral di China. Peristiwa memilukan ini terjadi usai laga antara Arema Malang dengan Persebaya Surabaya.
Viralnya peristiwa ini bermula dari tayangan berita di stasiun televisi China berbahasa Inggris CGTN serta CCTV.
Saluran berita terpopuler China, CCTV 13, juga mengangkat laporan utama tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan.
"Polisi setempat sedang melakukan investigasi atas peristiwa tersebut," kata pembawa berita.
Tayangan tentang kerusuhan itu juga ditampilkan platform berbagi video singkat, Kuai Shou, menunjukkan peristiwa maut di Kanjuruhan.
Video-video tersebut juga di-posting beberapa media lokal berbahasa Mandarin, seperti Tianmu Xinwen, Hongxing Xinwen, Xibeiwang Kantai, dan Shichuan Guangcha.
"Yinni tiyuchang baoli shijian" yang berarti "Tragedi Kerusuhan di Stadion Indonesia", tertulis di video Tianmu Xinwen yang diunggah beberapa pengguna akun Kuai Shou.
Media tersebut juga mengutip pernyataan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta.
Hanya dalam hitungan beberapa jam setelah diunggah di Kuai Shou, video-video Stadion Kanjuruhan langsung viral di China.
Selain viral di China, kerusuhan tersebut juga menjadi perhatian media internasional.
Kantor berita Inggris Reuters mengungkap laporan 'Indonesia police say 127 people killed after stampede at football match'.
Mengutip pernyataan Nico, Reuters melaporkan, 127 orang telah tewas dan 180 lainnya luka akibat terinjak-injak. Usai pertandingan, suporter Arema FC turun ke lapangan yang direspons polisi dengan menembakkan gas air mata yang memicu kepanikan suporter sehingga mereka keluar secara berdesakan ke pintu.
Selanjutnya, kantor berita Amerika Serikat (AS) Associated Press (AP) mengangkat judul, '127 soccer fans, police, killed at Indonesia's soccer match'. Mengutip pernyataan Nico, kerusuhan menewaskan 125 suporter dan dua polisi, sebagian besar terinjak-injak.
Editor: Ainun Najib